Kamis, 14 Mei 2009

TEMUAN TIM PENELUSURAN SEJARAH GKJ BOYOLALI

TEMUAN-TEMUAN TIM PENELUSURAN SEJARAH GKJ BOYOLALI
Tidak terasa saat ini kita tengah memasuki pertengahan tahun 2009, pastilah gawe besar kami adalah mangayubagya HUT ke-52 tahun GKJ Boyolali. Ditengah persiapan tersebut teringat bahwa impian menyusun Sejarah gereja tercinta pada saat ini terbengkelai... biasa, tim sejarah sedang bingung dengan bentuk pelayanan yang lain serta sedang "merenung" atas temuan-temuan yang heboh dan dapat merubah sejarah yang selama ini ada. Ok.. sembari menunggu permenungan tim rampung, berikut disampaikan hasil temuan pada
rapat hari Jumat, 21 Juli 2006 pk. 19.00 di rumah Bp. Drs. Joko Yarmanto

I. SUMBER-SUMBER VERBAL
a. Pdt. Em Sudaryono: meyakini pernah membaca dalam kantor arsip sinode GKJ bahwa pendewasaan GKJ Boyolali adalah tanggal 18 Juli 1957. Beliau masih belum mengetahui Gereja yang mendewasakan, dugaan beliau GKJ Kartasura adalah gereja yang mendewasakan GKJ Boyolali.
b. Pdt. Em. Notodriyo: Meyakini bahwa pada saat sebelum beliau di Klaten sekitar tahun 1951 GKJ Boyolali sudah dewasa(hasil wawancara dengan beliau pada Minggu, 26 Maret 2006).
c. Bp. Sumardi: tidak pernah ada catatan sinode maupun Klasis tentang pendewasaan GKJ Boyolali (wawancara dengan beliau di Salib Putih 20 Desember 2005)
II. ARSIP RESMI/DOKUMEN GEREJAWI
ARSIP SINODE GKJ
1. Acta Synode Geredja-Geredja Kristen Djawa Tengah VI, tanggal 24-28 Nopember 1958: artikel 70 di Kebumen:
PAWARTOS SAKING KLASIS SURAKARTA
Adedasar pawartos saking klasis Surakarta bab:
a. timbalan pamulang pasamuwan Wonogiri
b.lerehipun sdr. S. Dwidjowijono saking kalenggahanipun
synode sampun ngawuningani prekawis-prekawis punika.
Adedasar lapuranipun Deputaat Patuwen Synode ngabsahaken tumangkaripun Klasis Surakarta dados kalih inggih punika:
Klasis Surakarta Wetan ingkang dumados saking pasamuwan-pasamuwan:
1.Margoyudan 4. Wonogiri 7 Gondang(Kedungbanteng)
2.Djayadiningratan 5. Wurjantoro 8. Sragen
3.Kepuh 6. Slogohimo 9. Karanganjar
Klasis Surakarta Kilen ingkang dumados saking pasamuwan-pasamuwan:
1.Manahan 4. Dlanggu 7. Prambanan
2.Kartosura 5. Pedan 8. Watusigar
3.Bojolali 6. Klaten

Dari akta sinode VI ini dapat dipastikan bahwa jelas GKJ Boyolali sudah dewasa sebelum tanggal 24 Nopember 1958.

2. Akta Sinode GKD ke III(tiga): tanggal: 24-28 September 1951 di Salatiga (Lampiran III acta art.32: lapuranipun Seksi I tumrap pangrembagipun lapuranipun deputat Patuwen) bab 4. Kawontenaning Klasis setunggal-setunggalipun:
f. Klasis Surakarta
Kawontenaning pasamuwan2 ing Klasis Surakarta radin2 sae. Kedjawi Pasamuwan Bojolali ingkang neda kawigatosan. Betah pembangun
Ing antawisipun Klasis Surakarta tuwin Jogyakarta sampunkawontenaken pirembagan bab timbalan Pendita saking tlatah Jogyakarta dateng tlatah sanes. Umpami tumindakipun kedah ngentosi -+ 6wulan.
Usulipun juru tetuwi dateng sinode: prakawis punika dadosa antjer2 ing tlatah sinode saumumipun. Ing ngriki seksi ngijataken usul punika
Pamrajogi dateng Djuru tetuwi saking seksi: menawi wonten prakawis ingkang kirang prajogi (dados sandungan) prajogi mboten sisah kalebetaken ing palapuran.
Dari akta sidang sinode GKD III ini diketahui bahwa GKJ Boyolali sudah ada/ dewasa sebelum tanggal 24 september 1951. Karena yang dilaporkan oleh Deputat Patuwen adalah kondisi gereja-gereja dewasa (bukan kelompok Kristen). Hal ini diperkuat lagi dengan sumber referensi yang berupa kompilasi arsip-arsip sinode yang dibahasaindonesiakan oleh Lembaga Studi dan Pengembangan sinode; khususnya tentang berdirinya jemaat-jemaat tahun 1950-1951 “Laporan para visitator kepada Synode Geredja2 Kristen Djawa Tengah III yang bersidang pada tgl. 24-28 September 1951 di Salatiga” ( Terjemahan dari bahasa Jawa) Kansin nf.proa1.41; Arsip GKJ Wonosari A 1/5/17/173/1951
Pada Halaman 129-130 dalam kompilasi tersebut terdapat keterangan tentang laporan visitator sinode kepada Sidang yang secara khusus menyebutkan bahwa jemaat GKJ Boyolali sedang bermasalah karena guru injilnya mengundurkan diri, jemaat GKJ Boyolali tersebar dalam area pelayanan yang luas terdiri 3 kelompok, jumlah warga yang ada pada saat itu sekitar 299 jiwa.(ini yang agaknya dimaksudkan sebagai saran sidang seksi untuk tidak perlu melaporkan hal yang “kirang prajogi”)
B. ARSIP/DOKUMEN KLASIS SURAKARTA
1. Pengetan parepatan Klasis Surakarta ing nalika tanggal 7-3-2604 manggen ing gredja Manahan wiwit djam 10 indjing.
Para utusan(kawontenanipoen oetoesan):
1. Saking Pas. Kepoeh : Martasoewarna+ Atmaredjoko
2. Saking Pas. Ploepoeh: Darsawijana
3. Saking Pas. Sragen: Boesana
4. Saking Pas. Slagaima: Hardjasoewana+Soemardja
5. Bojolali : Atmasudarga+Martaredja
6. Pedan : Darmasoemarta+Siswahardadja
7. Delanggu: Siswasoemarta+ Imandimedja Hartasoepadma
8. Karanganjar: Jonatan+Prawirosoedarma
9. Djajadiningratan: Atmakirata+Ardjasoedjatna
10. Klaten: Ds. Hardjobremara +Wignjasoebrata
11. Wonogiri: Ds.Mitratenaja+Kartasoerana
12. Gemantar: Ds. Mitratenaja+Djakarja
13. Manahan: Ds. Atmowidjono+Adipranata
14. Prambanan: Atmawidjata
15. Margojoedan: Marwata+Wahjoesapoetra
16. Woerjantara: mboten datang
Catatan Kritis: Pada sidang Klasis tahun 1944( tahun jepang 2604) Boyolali telah mengutus utusan yang agaknya bergabung dengan utusan dari Kartasura, dibuktikan bahwa pada sidang ini tidak terdapat utusan dari kartasura akan tetapi pada notula tentang surat yang harus dibahas(serat ingkang prelu karembag) berurutan ada surat yang ke 8 dan 9 berasal dari kartasura dan Boyolali:
8. Saking Kartasura lapur bilih ing Bojolali madeg Rad pijambak punika sampoen roedjoek.
9. Saking Bojolali Njoewoen pendita bade nimbali sdr. R. Atmosoedarga
Sumber Verbal dari GKJ Kartasura (menyatakan bahwa utusan dari Boyolali tahun tersebut atas nama Bp. Martaredja saat ini masih hidup sebagai warga Jempon GKJ Kartasura dengan usia diatas 90 tahun. Jadi ada kemungkinan bahwa antara GKJ Boyolali dan GKJ Kartasura pernah menjadi satu( menguatkan dugaan Pdt. Em Sudaryono tentang siapa yang mendewasakan GKJ Boyolali). Hanya yang hmenjadi ganjalan adalah mengapa yang tertulis pada daftar utusan adalah mereka sebagai utusan Boyolali dan bukan utusan Kartasura?
Adapun keputusan sidang tersebut adalah:
“Panjoewoenan Bojolali sampoen sembada sami roedjoekipoen
Klasis Moetoes: Pas. Bojolali Madeg Radipoen pijambak”
“ngrembag serat2 8+9 saking Kartasura lan Bojolali bab madegipoen Rad pijambak2
ingkang bade netepaken radipoen pijambak pijambak punika adatipoen para pendita
Ds Bremara lan Ds Atmowidjana kawajiban netepaken adegipoen pradata ing Bojolali”
Sehubungan dengan hal tersebut pada tanggal 20 Juli 2006 utusan tim sejarah berkonsultasi dengan Pdt. Edi Trimodoroempoko, S.Th, M.div dalam hal beberapa klarifikasi tentang tahun dan istilah-istilah bahasa belanda. Adapun hasil konsultasi tersebut adalah:
i. Beliau menegaskan bahwa tahun 2604 adalah tahun jepang yang dalam tahun masehi sama dengan tahun 1944.
ii. Istilah “Rad” adalah berasal dari bahasa belanda yang seharusnya “Kerke Rad” yang berarti majelis gereja. Beliau menjelaskan bahwa apabila ada jemaat yang menginginkan “madeg Rad pijambak” identik dengan permohonan untuk dewasa.
iii. Pada tahun-tahun tersebut pendewasaan tidak seperti yang kita bayangkan saat ini, sahnya pendewasaan adalah pada saat diputuskannya/dikabulkannya sebuah jemaat madeg Rad pijambak. Setelah itu baru ada pendeta yang diutus untuk meneguhkan majelis/pradata/rad serta mengumumkan kepada jemaat setempat bahwa jemaat tersebut sudah dewasa. Sangat baik apabila mengetahui kapan kebaktian pengumuman tersebut dilaksanakan; akan tetapi apabila tidak dapat mengetahui maka yang penting adalah subtansi pengumumannya “bahwa pada tanggal sekian dalam sidang … suatu gereja telah dikabulkan mempunyai kemajelisan sendiri” itu adalah hari pendewasaan suatu gereja.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan temuan temuan tersebut diatas baik yang berupa verbal maupun Sumber dokumen resmi gereja sebagai berikut:
1. GKJ Boyolali disahkan sebagai gereja dewasa pada parepatan Klasis Surakarta tanggal 7 maret 2604(1944) di Gereja Manahan antara pukul 10 pagi sampai pukul 15.00. Bp. Sukidi Bie dan Bp. Drs.Susanto Bambang Hartono membantu tim sejarah GKJ Boyolali dengan alat Kalender Abadi: hari yang dimaksudkan tersebut jatuh pada hari “SELASA PON”
2. Ada kecenderungan bahwa yang terjadi adalah pembiakan antara GKJ Boyolali dengan GKJ kartasura(masih harus diteliti!!). Karena ada kemungkinan pada saat Sidang Klasis Surakarta tersebut kedua utusan berasal dari wilayah pelayanan Kartasura dan Boyolali dengan mewakili “Bojolali”. Keduanya sudah sarujuk untuk “madeg Rad pijambak2”. Hal ini harus diteliti/klarifikasi dengan sejarah GKJ Kartasura yang menyebutkan Hari Lahir GKJ Kartasura adalah tahun 1935.
2.Klasis pandadaran tjalon 2 pendita 11 April 1944 manggen ing greja Margajoedan. Djam 9.30-2.00(babagan sepisan) dipun lajengaken babagan II djam 6.00 sonten (Sidang Kontrakta klasis Surakarta-tim)
Babagan sepisan ingkang dipun dadar:
a. Sad. D. Reksadarmadja tjalon pendita Margajoedan
b.Sad. S.Poernahadikawahja tjalon pendita Pedan
Babagan II ingkang dipun dadar:
a. Sad. R. Sarkam tjalon pendita Woerjantara
b.Sad. Hardjasoewarna tjalon pendita Slogohimo
Menarik melihat bahwa pada sidang paremtoar tersebut telah ada utusan Pas. Kartasura dan Pas. Bojolali.
Para oetoesan ingkang nenggani(tim hanya menulis khusus dua utusan tersebut)
3.Pas. Kartasoera 1.Ms.Martaredja Pinisepuh
8.Pas. Bojolali 1. R.Atmasoedarga Pinisepuh
Analisa sementara: Ds. Bremara dan Ds. Atmawidjana telah melaksanakan tugasnya untuk “netepaken adegipun pradata ing Bojolali” antara tanggal 7 Maret 1944 sampai tanggal 11 April 1944. terbukti dengan pada sidang paremtoar 11 April telah ada utusan yang terpisah antara Bojolali dengan Kartasoera(Bahkan sudah dilengkapi dengan keterangan Pas.-->singkatan dari pasamuwan/gereja serta jabatan gerejawi yang melekat pada utusan tersebut)
Rekomendasi: Apabila ingin mengetahui kemungkinan hari kebaktian peneguhan pradata dapat diperkirakan hari-hari minggu antara kedua persidangan tersebut.
3.Pengetan contracta Klasis pendadaran pendita ing Sragen manggen wonten ing gredja Sragen kala tanggal 13-9-2604 wiwit jam 11 siang
Dalam sidang tersebut hanya menghadirkan 6 gereja yaitu Margajoedan, Manahan, Djajadiningratan, Sragen, Klaten dan Pedan. Adapun calon pendeta yang diuji adalah Sdr. Sastrahandaja. Dijelaskan oleh pimpinan siding bahwa” tembung contracta Klasis tegesipoen parepatanipoen Klasis sawatawis. Nanging oegi sampoen kaanggep apsah dining Klasis
Catatan: Hal ini menjawab mengapa pada sidang Kontrakta tersebut tidak ada utusan dari Gereja-gereja lain(termasuk di dalamnya gereja Boyolali)
4.Pengetan parepatan Klasis soerakarta kala tg. 16-2-1945 manggen ing Gredja Klaseman-Klaten. Acta Klasis kaabsahaken ing parepatan Klasis tg. 14-11-1945
Dalam sidang tersebut terdapat dua gereja yang tidak mengirim utusan yaitu Pasamuwan Bojolali dan Pas. Woerjantara.
Pada bagian IV akta tersebut: tentang Maos lan ngabsahaken acta Klasis khususnya c. acta contracta Clasis tg 13-ix-2604 ing Sragen. Ada pertanyaan tentang Bojolali:
Pitakenan: Bab kendelipoen timbalan pendita kangge Bojolali punika sabab saking punapa?
Wangsulan: Miturut Pamrayoginipoen Consulent, sarehne tjalon pendita wau dereng saged njelehaken damelanipun samben supados kasoemenekaken.
Dalam sidang tersebut juga ditetapkan pendeta konsulen untuk Bojolali adalah dari Pedan yaituPdtS.E.Poernahadikawahja
Analisa: Hal ini menjawab pertanyaan mengapa sidang Paremtoar di Sragen hanya terbatas 6 gereja; agaknya karena ada satu calon pendeta yang tidak diproses yaitu calon yang berasal dari gereja Bojolali; dalam sumber verbal yang sering diperbincangkan di GKJ Boyolali saat ini memang Bp. R. Atmasoedarga adalah pegawai kantor sosial(kemungkinan saat itu belum berkenan melepas pekerjaannya tersebut). Pergantian Pendeta konsulen agaknya untuk menyejukkan suasana di Boyolali.
5.Pengetan Parepatan Klasis Surakarta tanggal 14-11-1945 manggen ing gredja Pedan.
Dalam Sidang Klasis tersebut GKJ Bojolali tidak mengirim utusan dan tanpa keterangan. Tertuang dalam bab II acta. Njatet Oetoesan: no 16. Saking Bojolali dan no. 17. saking Woerjantara mboten oetoesan sarta mboten wonten katrangan.
Lebih menarik dalam Bab VIII acta tentang Ngrembag oesoel+pitakenan khususnya poin 4 ada surat dari Bojolali:
“Pasamuwan Bojolali boten saged netepi koewadjibanipoen, mila margi saking punika gegandenganipun pasamuan Bojolali kalijan Klasis toewin wonten Paekanipoen Klasis njodipoen pedot toewin katjorek kandel(koela mentingaken dateng hal roemah tangga)
Poetoesan: Prakawis poenika mboten karembag awit seratipoen boten abash(namung saking persoon!)bade dipoen toeweni dening djuru tetoewi/visitator.
6.Pengetan Parepatan Clasis Surakarta nalika tanggal 27-8 1946 ing gredja Manahan.
Dalam sidang Klasis ini hanya GKJ Bojolali yang tidak mengirimkan utusan; Tetapi perlu dicatat tentang Bab VIII acta siding terutama bagian B tentang: Palapuranipun magepokan pengetan yaitu:
“Sd Poernahadikawahja tuwin sd. Reksadarmadja sampoen kalampahan mertuwi dateng pas. Bojolali. Dene panitipriksa dereng nama maremaken, ringkes panggoelawentah toemrap Pas. Bojolali wadjib kateroesaken, dene ingkang kapasrahan bab kaseboet nginggil tetep sd. Reksadarmadja toewin sd. Poernahadikawahja.”
Juga ada perubahan Pendeta Konsulen untuk Bojolali yaituDari Manahan: Ds. S. Poerwawidagda
7. Pengetan Parepatan Clasis Soerakarta nalika tanggal kaping 14-1-1947 manggen ing gredja Margajudan
Sidang ini dihadiri oleh seluruh utusan gereja Klasis Surakarta, termasuk di dalamnya adalah utusan dari Bojolali atas diri R. Atmasoedarga
Hal yang perlu dicatat dalam sidang ini adalah BabV acta tentang : Palapuran saking visitatoren; khususnya bagian 2:
“Patuwen dateng pasamuan Bojolali katindakaken dening Ds.D. Reksadarmadja toewin Ds. Poerwahadikawahja. Ing tanggal 6-10-1946 manggen ing Slanggen(Banyudana)
Ing sarehne palapuran punika ngengingi dating oetoesan Bojolali, mila oetoesan kaatoeran medal sawatawis.
Kawontenanipoen Pradata saweg risak. Ing salebetipun 3 ½ taoen boedjana kaping sepisan.
Pamrajoginipoen djoeroe tetoewi
a. Pradata preloe kabangoen malih lan ladjeng miwiti njamboet damel.
b. Manawi wonten prakawis ingkang angel lan perloe njoewoen toeloeng dating consulent(pendita Manahan)
c. Pradata enggal damela serat dating Classis ingkang saraosipoen: njaboet serat panjoewoenan misah ingkang sampoen nate katoer classis.
Ds. S. Poerwawidagda sebagai consulenipoen Pas Bojolali mewahi katrangan bilih wonten pangadjeng adjeng ingkang ageng bilih pradata saged poelih malih.
Classis masrahaken prakawis poenika dating consulent soepados Pradata Bojolali saged sae(poelih).
Ing sahne serat saking Bojolali ingkang mratelakaken njoewoen kapeddot saking Classis poenika katandan(dipoen tandatangani) dening R. Atmasoedarga kemawon(sebagai pangarsa) mangka panitera mboten lan inggih mboten dipoen rembag ing parepatan pradata. Mila R.Atmasoedarga (oetoesan) katoeran toemoet marepat malih sarta katedahaken kalepatanipoen: Njahak wewenangipoen Pradata.
Prakawis poenika R. Atmasoedarga ngakeni kalepatanipoen
Classis mandate soepados serat panjoewoenan medal saking classis dipoen tjaboet.
R. Atmasoedarga inggih ladjeng njaboet serat ingkang sampoen dipoen atoeraken waoe.”

ANALISA:
Keganjilan Waktu:Terjadi kemandegan selama 3 ½ tahun dalam kemajelisan GKJ Boyolali harus diteliti dihitung mundur dari saat patuwen (6-10-1946)atau saat sidang tersebut(14-1-1947). Apabila sejak visitasi maka diasumsikan telah dihitung sekitar bulan april 1943 (berarti telah ada kemajelisan), atau apabila sejak sidang Klasis maka akan muncul bulan Juli 1943 (telah ada Rad/majelis). Lalu bagaimana dengan tanggal 7 Maret 1944 yang menjadi kesimpulan pendewasaan GKJ Boyolali?
Untuk memecahkan masalah ini perlu dipikirkan adanya 3(alternative) analisa yaitu:
1. Yang dimaksudkan dengan kemandegan pradata Bojolali akta tersebut bukan 3 ½ tahun, tetapi 2 ½ tahun, apabila benar terjadi kesalahan manusiawi penulisan pengetan Klasis tersebut; maka baik dihitung dari saat visitasi maupun saat Sidang Klasis, keduanya akan dapat menguatkan kesimpulan tanggal 7 Maret 1944 sebagai pendewasaan GKJ Boyolali. Karena akan muncul bulan April 1944 dan bulan Juli 1944.
2. Apabila ternyata tidak terjadi kesalahan penulisan tentang waktu kemandegan pradata Bojolali, maka harus dipikirkan bahwa yang terjadi pada Sidang Klasis Surakarta tanggal 7 Maret 1944 di Gereja Manahan adalah: GKJ Boyolali sudah dewasa sebelumnya dengan wilayah yang juga meliputi Kartasura. Dan pada saat Sidang ingin mendewasakan Kartasura dengan cara “madeg Rad Pijambak2”
3. Terjadi peerkiraan yang tidak terlalu akurat dari para Visitator dan yang divisitasi. Angka 3 ½ tahun adalah perkiraan penggampangan secara maksimal untuk menjelaskan betapa mandegnya pradata Bojolali saat itu.
Permasalahan Jemaat: agaknya terjadi permasalahan pelayanan kepada jemaat GKJ Boyolali yang diakibatkan oleh ditolaknya permohonan nimbali pendita atas diri R.Atmasudarga. Sebagaimana diketahui hal tersebut diantisipasi oleh Klasis dengan mengganti pendeta Konsulen(karena pendeta konsulen yang terdahulu adalah yang tidak setuju/keberatan proses pemanggilan tersebut). Kekecewaan tersebut diangkat oleh GKJ Boyolali dengan mengirim surat ke Klasis 1945 untuk mundur dari Klasis Surakarta. Akan tetapi ditolak pembahasannya karena dianggap bukan surat majelis melainkan dari person(R. Atmasudarga) yang kebetulan adalah pangarsa/ketua pradata Pasamuan Bojolali.
Dalam Sidang 14-1-1947 permasalahan ini selesai dengan baik.
REKOMENDASI:
Berbagai Sumber Verbal GKJ Boyolali mengatakan bahwa Bp. R. Atmasoedarga adalah Guru Injil Pasamuan Bojolali. Tetapi sampai tahun 1947 tidak ada satu artikelpun yang menyatakan pengangkatan Yang bersangkutan sebagai Guru injil. Yang terekam dalam data adalah bahwa pada sidang Paremtoar di Pas Margajoedan tanggal 11 April 1944 beliau sebagai oetoesan pas Bojolali dengan jabatan sebagai pinisepuh. Sementara itu dalam laporan sidang Sinode III di salatiga tgl. 24-28 September 1951 yang salinan laporannya terdapan dalam kompilasi dokumen Sinode menyatakan bahwa Jemaat Boyolali sedang bermasalah karena guru injil yang ada mundur dari jabatannya. Sedangkan guru injil yang dimaksud adalah R. Atmasoedarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar