Sabtu, 16 Mei 2009

SEJARAH GKJ BOYOLALI

SEJARAH SINGKAT GKJ BOYOLALI

Latar Belakang[1]

A. Penyebaran Injil masuk Boyolali Selatan Timur
Pada tahun 1920 di Slanggen, desa Ngaru-aru Kecamatan Banyudono sudah ada beberapa orang Kristen Kerasulan, yang di bawa oleh seorang pengikut Kyai Sadrah dari Purwosari Kerten. Karena Mbah Ranudikromo (yang adalah tokoh setempat) sedang sakit keras dan dapat disembuhkan dengan darah Kristus lewat orang-orang Kristen kerasulan, sejak saat itulah pada tahun 1942 di Slanggen ada gereja Kristen Kerasulan yang berstatus Pepantan.
Pada tahun 1925 di Pengging didirikan sekolah rakyat dan balai pengobatan Zending. Pada tahun 1927 di Pengging berdiri Gereja Kristen Jawa yang juga berstatus pepantan.


B. Penyebaran Injil masuk Boyolali Utara Timur
Pada tahun1925 dalam rangka memperingati hari raya Pentakosta, dari GKJ Margoyudan Solo mengadakan kegiatan PI di pedesaan yang di pimpin oleh dr. H A van Andel dan Bpk Yerubeam yang adalah guru injil. Salah satu desa di kecamatan Nogosari yakni desa Bendo terkena jamahan PI. PI ini ternyata terus berlanjut dengan ikut sertanya jemaat dari daerah Boyolali mengikuti kebaktian di GKJ Margoyudan Solo, meskipun harus bermalam untuk dapat mengikuti ibadah minggu pagi di Solo. Dengan bertambahnya orang percaya dari desa sekitarnya, yakni ; dari Plaur dan Cengklik, maka diselenggarakan kebaktian sendiri yang dilayani oleh guru injil Bpk Yerubeam bertempat di Jenalas.
Pada tahun 1926 di Sambi dibuka Sekolah Rakyat dan Balai Pengobatan Zending. Dengan adanya SR dan BP Zending ini, maka PI semangkin maju dan warga Kristen semakin bertambah.
Pada tahun yang sama di Simo dibuka perkebunan rakyat oleh Zending, tempatnya di dukuh Karangjati, Simo. Ternyata di Karangjati ini juga sudah ada yang telah menerima Injil yaitu orang tua dari sesepuh di Simo yaitu Bpk Atmopurwono.
Pepantan Slanggen, Plaur, dan Pengging pada waktu itu adalah di bawah pembinaan GKJ Margoyudan.


Kegiatan PI yang dilakukan Zending dan perkembangannya:
Sekolah Rakyat Zending, yang berada di Sambi. Pada tahun 1955 didirikan SD Kristen Plaur.
Badan Pengobatan Zending di Sambi, dalam perkembangannya usaha ini dilakukan dengan cara pengobatan gratis yang dilakukan sebelum ataupun sesudah kebaktian minggu. Hal ini sangat berpengaruh bagi keluasan Kerajaan Allah di Plaur dan sekitarnya. Oleh Bpk Atmopurwono akhirnya di Simo dapat di buka BP Kristen dengan mantri Bpk Atmopurwono, dan kini tumbuh menjadi BP Kristen “Sari Waras II” milik Yakkum bertempat di Kedunglengkong Simo.
Orang Kristen yang duduk dalam DPRD GR pada waktu itu juga turut berjasa dalam perluasan Kerajaan Allah di lingkungan Boyolali
a. R Atmosudargo : tahun 1960-1964
b. SH Sularno : tahun 1965-1971

Perkembangan Gereja
Pada tahun 1939 Bpk R Atmosudargo diangkat sebagai guru injil di Boyolali dengan tugas: melakukan PI di kota dan sekitarnya.yang di harapkan dapat menjadi gereja induk GKJ di Boyolali. Namun karena perkembangannya sangat lambat, maka pada tahun 1949 Bpk R Atmosudargo justru banyak bertugas di Pengging dan Plaur, dan pada tahun itu juga beliau diangkat menjadi Lurah di Pulisen dengan demikian status sebagai guru injil ditinggalkan, namun misinya untuk mengabarkan Injil tetap membara.
Baru pada tahun 1953 karena berkat Tuhan Yesus Kristus d Boyolali dapat dirintis dan dimulai dengan adanya kebaktian minggu pertama, meskipun baru ada beberapa keluarga Kristen. Kebaktian bertempat di rumah Bpk R Atmosudargo di Singoranon Kel. Pulisen, Boyolali Kota. Mulai tahun 1954 Boyolali mendapatkan 3 orang guru injil yakni:
Bpk SY Sudarno untuk Boyolali
Bpk B Sumarto Untuk Plaur
Bpk Martosuhardjo untuk Slanggen dan Pengging
Mulai saat itu rapat-rapat kemajelisan sudah dapat dilakukan, dan formalnya baru pada tahun 1955 pepantan : Slanggen, Plaur, Pengging dan Boyolali menyatu dalam satu kemajelisan, dibawah pembinaan Klasis Surakarta yang di tangani oleh pendeta utusan atau konsulen.
Pendeta utusan atau konsulen yang pernah bertugas dalam persiapan GKJ Boyolali adalah : Bpk D Reksodarmodjo, Bpk R S Purwowidagdo, Bpk Hadisewoyo. Sedangkan khusus untuk Boyolali Kota dengan bertambahnya warga maka tempat kebaktian mulai tahun 1957 di pindahkan di rumah Bpk Suroso Yosomartono sebelah barat SMP 1 Boyolali dan tahun 1962 telah mulai menempati gereja sendiri di jalan Pahlawan. Pembangunan gereja di jalan Pahlawan ini tanahnya adalah pemberian dari Pemerintah Daerah, sedangkan modal pembangunan di dapat dari Klasis Surakarta. Pada tahun 1987 dilakukan rehab total atas bangunan gedung gereja ini karena kondisi bangunan yang sudah terlalu tua. Dana pembangunannya antara lain didapat dari : Bpk Radius Prawiro, Pemda TK I, Pemda TK II Boyolali yang disampaikan oleh Bpk Bupati Moh Hasbi pada tahun 1988. Juga satu hal yang tidak dapat dilupakan dengan perkembangan gereja ini, ialah pemerintah Kab Boyolali secara khusus memberikan tanah untuk makam Kristen dan Katolik di sebelah timur makam umum di Sasonolayu Boyolali.

Pengembangan Pepantan sebagai langkah awal persiapan pendewasaan gereja :
1. Pepantan Boyolali ditetapkan sebagai gereja induk, dengan sesepuh ; R Atmosudargo. Suroso Yosomartono, S Priyosutirto.
2. Pepantan Slanggen dengan sesepuh : Somaprawiro, Imandimedjo.
3. Pepantan Pengging dengan sesepuh ; Mbah Hardjosetomo, S Marsudiraharjo.
4. Pepantan Plaur dengan sesepuh ; Pawiridihardjo, Citrosuwiro.

A. Pendewasaan GKJ Boyolali.
1. Hari Sabtu Wage tanggal 18 Juli 1957, adalah hari dimana GKJ Boyolali ditetapkan dan diresmikan menjadi hari jadi GKJ Boyolali, bertempat di gedung gereja Slanggen, Banyudono. Hal ini telah tercatat pada akte sinode GKJ Jawa Tengah. Pada waktu peresmian berdirinya,GKJ Boyolali meliputi pepantan:
1.1 Slanggen desa Ngaru-ngaru Kec Bayudono
1.2 Plaur desa Kepoh Kec Sambi
1.3 Pengging desa Dukuh Kec Bayudono
1.4 Boyolali Kota

2. Adapun anggota mejelis GKJ Boyolali waktu diresmikan adalah, antara lain ;
2.1 R Atmosudargo
2.2 S Martsudirahardjo
2.3 Martosudiraardjo
2.4 Ardjosetomo
2.5 Somapawiro
2.6 Imandimedjo
2.7 Pawirodihardjo
2.8 Tjitrosuwiryo

3. Adapun guru injil terdapat 3 orang, antara lain :
3.1 B Sumarto
3.2 S Y Sudarno
3.3 Martosuhardjo

4. Karena pada waktu di resmikan GKJ Boyolali menjadi dewasa belum memiliki pendeta sendiri maka pelayanan dilakukan dengan pendeta utusan yaitu Bpk Pendeta R S Purwowidagdo.
B. Perkembangan Sesudah Pendewasaan
Perkembangan Pepantan sejak tahun 1957 sampai dengan tahun 1965.
1.1 Ampel Sesepuh Bp Radiyanto
1.2 Musuk Sesepuh Bp Sunarno
1.3 Cepogo Sesepuh Bp Sastrodirahardjo
1.4 Selo Sesepuh Bp Sastrosudarmo
1.5 Paras Sesepuh Bp Pardjan SA BA
1.6 Berdug Sesepuh Bp Margono
1.7 Simo Sesepuh Bp Atmopurwono
1.8 Penggung Sesepuh Bp Darmo Lukas
1.9 Gunung Puyuh Sesepuh Bp Suwarto dan Hutomo BA

2. Pendeta
Pada saat itu ada dua calon pendeta yang akan melayani GKJ Boyolali, diantaranya : Bpk B Smarto yang adalah guru Injil, sedangkan yang kedua adalah Bpk Sudaryono. Setelah dilakukan pemilihan, maka Bpk Sudaryono yang terpilih menjadi Pendeta Jemaat bagi GKJ Boyolali untuk yang pertama pada tanggal 30 Mei 1966. dengan ditahbiskannya Bpk Sudaryono sebagai Pendeta Jemaat GKJ Boyolali, maka dengan demikian GKJ Boyolaliberstatus “dewasa penuh”.

3. Pengembangan Pendewasaan
Dalam perjalanannya menuju gereja yang “dewasa penuh”, maka GKJ Boyolali juga mengalami perkembangan.
a. GKJ Simo tahun 1968 yang meliputi pepantan ; Sima, Penggung, Plaur, Gunung Puyuh, Karanggede (penyerahan dari GKJ Manahan, Solo), Andong (penyerahan dari GKJ Margoyudan, Solo). Pada tahun1981 GKJ Simo dapat dimampukan oleh kuasa Kepala Gereja untuk berkembangmenjadi dua gereja yang dewasa, yaitu : GKJ Simo (meliputi :Simo, Karanggede, dan Andong) dan GKJ Plaur (meliputi : Penggung, Plaur, dan Gunungpuyuh).
b. GKJ Pengging tahun 1972 meliputi pepanta : Slanggen dan Pengging
c. GKJ Boyolali sendiri mengalami perkemangan yang sangat berarti, baik dilihat dari jumlah warga mupun jangkauan pelayanannya. Yang meliputi : Selo, Cepogo, Paras, Ampel, Berdug, Kenteng, Boyolali, Teras, Musuk, Jemowo, Sangen
Sejak menjadi gereja dewasa secara penuh, sampai saat ini GKJ Boyolali telah memasuki usia yang ke 48 tahun, tepatnya pada 18 Juli. Dalam kedewasaannya GKJ Boyolali terus meningkatkan pelayanannya baik kedalam maupun keluar. Pada tanggal 25 Juli 2002 GKJ Boyolali, telah mendewasakan tiga pepanthannya. Ketiga pepantan itu adalah : Ampel, Berdug, dan Kenteng, yang melebur menjadi satu dengan induknya yaitu GKJ Ampel. Sehingga sekarang ini GKJ Boyolali melayani 8 pepatan. GKJ Boyolali pada saat ini di layani oleh seorang pendeta yang aktif, yaitu Pdt. Simon Julianto STh, yang pada tahun 1998 di tahbiskan menjadi pendeta GKJ Boyolali yang ke dua, sedangkan Bpk Pdt Sudaryono sudsah memasuki masa emeritus pada tahun 1999 yang lalu. Di dalam data statistik yang ada perkembangan warga gereja GKJ Boyolali sebagai berikut :
[1] Sejarah GKJ Boyolali, pada peringatanhari jadi GKJ Boyolali yang ke 38 18 Juli 1995. merupakan sumber sekunder yang didapat dari lapoarn stage Mahasiswa tahun 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar