Minggu, 31 Mei 2009

BAZAAR UNDHUH-UNDHUH 2009


























Boyolali, 31 Mei 2009

Hiruk pikuk penuh canda antara tua dan muda.. tumplek bleg di halaman gedung GKJ Boyolali Jl. Pahlawan 60. Memang halaman gereja telah menjadi semakin sempit dengan proyek perluasan area peribadata, namun tidak mengurangi suasana akrab penuh persaudaraan. Berbagai macam komentar diantara mereka tidak menyurutkan semangat untuk berburu barang yang dipajang di halaman tersebut… Ya GKJ Boyolali tengah mengadakan rangkaian hari raya Panen/ Riyaya Undhuh-undhuh. Oleh panitia yang dikomandani pak Agus Wiro (pak Bayan) acara dirancang menjadi dua tahap yaitu:
tahap pambereg sekaligus pemanasan.. dilaksanakan pada hari ini tanggal 31 Mei 2009, bersamaan dengan peringatan Pentakosta. Jemaat Ring I (Boyolali, Paras, Musuk dan Teras) dipusatkan di Boyolali. Pengkotbah adalah Pdt. Em. Jimanto Setiadi dari GKJ Kebon arum-Klaten. Pada tahap pertama ini Panitia menyelenggarakan Bazaar Undhuh-Undhuh.. wuih itu yang diawal secara heboh dilaporkan. Tampak antusiasnya warga GKJ Boyolali terlibat dalam acara bazaar ini. Kelompok Utara menyuguhkan Nasi Gudangan lengkap dengan uborampenya… uenak, Kelompok Tengah membawa kombinasi tiga persembahan (tahu kupat sakbungkuse, the poci hangat dan dingin, Senar.. eh Soon, serta paket sayuran), sementara kelompok Selatan Timur menyajikan rica-rica dan rempeyekmacem-macem, kelompok Selatan Barat seperti biasa dengan trade mark mereka.. pecel gendar plus krupuknya juga gendar juruh, eh tiada lupa pepanthan Paras turun gunung dengan bakmi goreng yang mak nyuuss serta aneka rempeyek. Terlihat betapa sibuknya para perwakilan kelompok melayani para pembeli. Hua ha tidak ada bedanya kalo orang lagi asyik makan apalagi enak-enak semu pedes, wis pokoknya heboh. Belum lagi kalo ada anak kecil yang ngambek karena keingginannya tidak kesampaian. Yessica sikecil gendutnya pak Puji kelompok Selatan Barat kepedesen dengan pecel gendar racikan mamanya.. kontan minta minum dan antri ke kelompok tengah sambil bawa girik tiga ribuan… waduh ternyata the pocinya lagi habis, ngamuklah dia. Untunglah tidak berapa lama stok the hangat datang.. sruput-sruput dengan mata yang masih sembab dia menikmati pesenannya.
Pada bazaar kali ini panitia menerbitkan voucher belanja sebagai alat bayar. Yaitu senilai Rp. 1000, Rp. 3000, Rp. 5000 dan Rp 10.000. Voucher tersebut dibeli oleh jemaat terlebih dahulu kepada panitia sejumlah yang mereka inginkan. Setelah itu barulah mereka dapat belanja barang-barang yang diinginkan ke stand-stand yang telah siap. Uniknya.. peraturannya adalah tidak ada harga tengahan serta tidak ada yang namanya pengembalian. Jadi jemaat harus jeli melihat nilai barang agar sesuai dengan harga voucher yang dia punyai.. nah kalo pas kebetulan nilai Voucher tetap lebih tinggi dari nilai barang.. he he tidak ada kembalian. Tuhan menghendaki kita memnpersembahkannya. Sampai dengan laporan ini ditulis belum ada kabar berapa tepat perolehan persembahan dari bazaar undhuh-undhuh tahun ini. Yach yang namanya juga system persembahan,jadi semua harus diserahkan untuk Tuhan yaitu modal maupun keuntungan, terpujilah Dia yang empunya Dunia.
Sedang tahap yang kedua akan dilaksanakan pada tanggal 7 juni 2009 yang diawali dengan Kebaktian Hari raya Penuaian dan dilanjutkan lelang.harapan kita adalah pada minggu mendatang seluruh warga berpartisipasi.. hayo Tuhan kasih berkat kita setiap hari. Setahun Sekali datang untuk ucap syukur Riyaya Undhuh-Undhuh malah menghilang… kita tunggu ya

Kamis, 28 Mei 2009

SEMILOKA GEREJA & PERTANIAN ORGANIK



Klasis Boyolali baru saja mengirim utusan ke Seminar dan Lokakarya "Gereja dan Pertanian Organik" yang diselenggarakan Yayasan Trukajaya bekerja sama dengan Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa (Sinode GKJ) Salatiga. Semiloka berlangsung tanggal 27-28 Mei 2009. Adapun utusan dari Klasis Boyolali adalah Pdt. Kristanto DU, Pdt. setyadi, Pdt. Simon Julianto serta satu perwakilan petani warga GKJ Ciptawening (lupa namanya..). Cukup menarik jalanya semiloka.. bahkan diakhir semiloka Klasis Boyolali mendapat kehormatan menjadi tuan rumah kegiatan selanjutnya.. wuah pendatang baru pada ranah pertanian organik nekat bersedia menjadi tuan rumah acara tiga bulan mendatang. bisik-bisik sudah dibicarakan pak simon dan pak Setyadi bahwa desain acara besok adalah pelatihan dengan pola live-in. moga-moga ada gereja di wilayah Klasis kita yang dapat menerima, rancangannya sich di pepanthan Berdug GKJ Ampel.. ya doakan PDKT berhasil... met berjuang .. salam Lestari

berikut Cuplikan TOR kegiatan tersebut:


Ketahanan pangan menjadi penumpu vital bagi ketahanan nasional karena pangan merupakan sesuatu yang tak tergantikan. Seluruh harapan untuk tumbuh, berkembang, berkarya dan menjadi produktif masih sangat tergantung pada kecukupan pangan bergizi. Bidang pertanian dituntut untuk memberi kontribusi minimal untuk kecukupan pangan dan gizi rakyat.. Di samping itu keselamatan lingkungan merupakan hal yang tak boleh diabaikan, demi apapun. Di negara maju produk pangan melimpah sementara di negara lain ada negara yang tidak mampu memberi makan rakyatnya. Di negara yang melimpah pangan, dapat dipastikan menerapkan pertanian yang sarat masukan pupuk dan pestisida kimia, benih dan bibit hasil rekayasa genetika dan mekanisasi pertanian yang menimbulkan berbagai pencemaran. Teknologi itu disebarluaskan ke negara-negara lain yang memimpikan produk pangan melimpah. Apa yang terjadi? Berkurangnya luas hutan secara drastis, pencemaran tanah, pencemaran air dan udara dan pemanasan global kini menjadi keprihatinan sebagai akibat dari kurang bijaksananya kita mengelola alam ini.

Bidang pertanian merupakan obyek yang bisa ditarik sana-sini, ditekan, diremas, diperas bahkan dijadikan permainan oleh para penguasa dan pengusaha untuk memperkuat industrialisasi, politik dan ekonomi tanpa penghargaan yang pantas pada ibu pertiwi yang kian merana. Nuansa gemah ripah loh jinawi pun kian memudar berganti mahalnya harga kebutuhan pokok yang semakin menyiksa rakyat. Menjelang Pemilu legislative 2009, beberapa parpol menyajikan data dan mengungkapkan bahwa kita telah kembali mencapai swasembada pangan namun siapa yang menjamin informasi itu benar-benar dapat menjadi jawaban nyata atas persoalan krisis pangan?

Perubahan iklim yang terjadi secara dramatis beberapa waktu terakhir diyakini sebagai akibat dari perilaku manusia yang kurang menghargai dan bahkan merusak lingkungan. Penggunaan bahan kimia berlebihan pada pertanian mengakibatkan beberapa organisme yang seharusnya hidup dalam tanah menjadi mati. Dampak selanjutnya adalah proses penyuburan tanah berjalan lambat dan untuk menjadikannya subur memerlukan dosis pupuk kimia lebih banyak lagi. Begitru seterusnya.

Memang pertanian bukan satu-satunya penyumbang bagi perubahan iklim global. Tetapi pertanian merupakan sector penting bagi pencegahannya di masa sekarang dan masa depan. Sebab pertanian adalah kegiatan yang terus dan secara sistematik dikerjakan untuk menyumbangkan bahan pangan. Karena itu memperbaiki pola pertanian juga berdampak pada banyak segi dalam kehidupan: lingkungan yang makin ramah, pangan yang sehat bagi manusia dan hewan, dan perbaikan bagi struktur tanah sebagai penopang penting pertanian dan kehidupan manusia dan organisme lainnya.

Ketika manusia mulai enggan menyentuh sektor-sektor pangan untuk memenuhi kebutuhan pokok, saat itulah krisis pangan mengancam kita. Namun pada kenyataannya ada yang lebih berbahaya daripada sekedar keengganan itu. Ketika sektor-sektor pertanian dieksploitasi untuk mengejar keuntungan semata tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan, saat itulah kehancuran dunia dimulai.

Sudah saatnya petani diberdayakan untuk menerapkan usaha tani yang mandiri. Mulai dari benih, pupuk dan sarana produksi lain yang mengangkat kemampuan dan keterampilan petani untuk mengupayakan, merawat dan menjaga ketersediaannya secara mandiri, tidak tergantung pada input-input dari luar yang mematikan kearifan local dan kedaulatan petani. Memang kini hal itu memerlukan proses yang panjang, tidak mudah dan tidak cukup dilaksanakan dalam hitungan minggu atau bulan. Perlu bertahun-tahun untuk memunculkan kembali kepercayaan diri petani menjalankan usaha taninya untuk kedaulatan pangan. Perlu dukungan dari banyak pihak untuk mewujudkannya.

Salah satu cara untuk memperbaiki kehidupan di masa depan, baik secara ekologis, ekonomis dan etis adalah pertanian organic. Mengapa? Sebab, pertanian organic akan mendukung bagi terciptanya kehidupan lingkungan. Pertanian seperti itu akan memberi ruang hidup bagi berbagai jenis organisme dalam tanah dan lingkungan akan berkembang secara berkelanjutan. Dari sisi ekonomis, pertanian organic selain murah dan mudah juga – kalau diperjuangkan secara terus-menerus akan menghasilkan produk pangan yang secara ekonomis bukan hanya terjangkau tertapi juga sehat bagi kehidupan yang menghargai antara produsen, konsumen dan lingkungan secara adil. Sayangnya, dari sisi etika, pertanian organic belum banyak dibicarakan dan diperjuangkan supaya ada keadilan bersama.

Gereja adalah bagian dari masyarakat bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. Gereja-gereja Kristen Jawa salah satu di dalamnya. Dinamika politik, social dan kebudayaan di Indonesia tercinta ini ini seolah tak pernah berhenti membenturkan rakyat pada krisis pangan dalam berbagai jangka waktu pembangunan. Sejarah mencatat tahun 1980-an kita berhasil berswasembada beras. Namun setelah krisis ekonomi tahun 1998, kita pun dilanda krisis pangan dan persoalan kemiskinan bangsa pemilik tanah air nan subur makmur ini. Krisis lingkungan yang berujung bencana fatal menjadi akrab di pendengaran dan penglihatan kita sekarang.

Kita yakin gereja sebagai lembaga yang mengemban amanat damai sejahtera sebenarnya telah memahami kondisi buruk bidang pertanian dan lingkungan tersebut. Namun kini, gereja dituntut lebih dari itu. Melihat berbagai kenyataan di atas, gereja diperhadapkan pada suatu tantangan ke depan. Selayaknyalah gereja berperan nyata menjadi garam dan mewujudnyatakan damai sejahtera Tuhan di muka bumi ini. Bagaimana agar ketahanan pangan dan ancaman terhadap kerusakan alam ini menjadi keprihatinan bersama warga gereja. Tentu gereja dalam lingkup luas berkaitan dengan oikumene yang lintas komunitas, etnis dan wilayah administrative lainnya bahkan idealnya lintas agama. Namun secara konkret dapat kita mulai dari lingkup yang terkecil yaitu dari keluarga dan gereja kita untuk kemudian diperluas lagi.

Berdasarkan latar belakang seperti itulah, semiloka ”Gereja dan Pertanian Organik” ini diselenggarakan dengan melibatkan beberapa klasis GKJ di Jawa Tengah dan DIY serta gereja lain. Harapannya, ada pertukaran pikiran dan pengalaman dari berbagai segi: ekologi, ekonomis dan etika dari berbagai pihak : gereja, LSM, masyarakat dan petani. Selain itu dari semiloka ini diharapkan muncul semacam deklarasi atau pernyataan sikap yang diwujudkan dalam bentuk sebuah buku yang berisi pendidikan penyadaran jemaat gereja dalam pengembangan pertanian organik sehingga tumbuh suatu aksi nyata yaitu gerakan pertanian organik di jemaat gereja. Semiloka ini merupakan kerja sama antara Yayasan Trukajaya bersama Sinode GKJ dalam rangka Ulang Tahun Yayasan Trukajaya ke 43.

Tujuan :

1. Menyediakan wahana pembahasan mengenai Pertanian Lestari dari sisi ekologi, ekonomi, dan etika di kalangan Gereja-gereja Kristen Jawa dan masyarakat umum
2. Menyediakan tempat merumuskan bersama kerja sama sistematik antara Gereja-Trukajaya-Petani di bidang pengembangan pertanian lestari
3. Menyediakan wahana pertukaran informasi mengenai pertanian lestari bagi produsen-konsumen dan pelaku ekonomi lainnya

Hasil yang diharapkan :
Ada pertukaran informasi baik ilmiahdan berbasis pengalaman mengenai pertanian organik dari 3 sudut pandang : ekologi, ekonomi dan etika
Ada rumusan rencana aksi pengembangan pertanian organik di 2 contoh lokasi (klasis) yang bisa dikembangkan secara terbuka dan bertanggung jawab.

Muatan dan strategi semiloka :
Semiloka ini merupakan gabungan antara seminar dan lokakarya, yang pada ujung akhirnya adalah tumbuh kesepakatan antara gereja-Trukajaya-petani mengenai bagaimana mengembangkan pertanian organik yang sistematik dan berkelanjutan.

Dalam sesi seminar akan dibagi ke dalam 3 tahap : 1) tahap pengayaan yang berasal dari pakar atau nara sumber kompeten; 2) tahap pendalaman yang berasal dari petani dan pelaku pertanian organik. 3) Penyusunan rencana aksi di lingkup gereja.

Tahap pertama, seminar akan membahas berbagai issu yang berkaitan dengan pertanian :
Apakah globalisasi itu? Bagaimana globalisasi terjadi? Bagaimana dampak globalisasi bagi petani? Topik yang bertajuk Dampak Globalisasi dalam bidang pertanian ini akan dibawakan oleh Ibu Lily Noviati dari Yayasan Bina Desa Jakarta.
Kebutuhan pangan merupakan persoalan penting yang tak bisa ditawar bagi kehidupan manusia. Dan kebutuhan pangan tersebut dapat dipenuhi dengan pengelolaan pertanian secara bijaksana. Artinya pertanian pangan menjadi big point yang menuntut kepedulian banyak pihak untuk menghasilkan pangan yang sehat dalam jumlah yang cukup. Bp. Haryanto Santosa akan memaparkan tentang Pertanian organik mendukung Ketahanan Pangan.
Bagaimana petani memiliki motivasi kuat untuk membangun pertanian yang berperspektif ekologis, pertanian organik seperti apa yang sebaiknya dikembangkan oleh petani, sehingga tercipta kemandirian petani: dari sisi teknologi dan juga pendanaan? Bagian ini akan dibahas oleh : Rm. Wartaya Winangun dari KPTT Salatiga
Pertanian organik juga menyangkut penyelamatan kehidupan dalam jangka panjang. Bagaimana petani yang sudah bekerja lelah untuk menyelamatkan kehidupan tetapi tidak memperoleh penghargaan yang layak (harga jual, pemasaran yang kurang mendapat dukungan hukum)? Juga bagaimana kelompok orang yang dengan sadar berusaha memberikan bahan pangan sehat melalui pertanian organik, justru tidak mendapat tempat dalam pemerintahan: tidak ada hukum yang mendukung, tidak ada perwakilan politik, dan seterusnya? Bagaimana sebaiknya kebijakan yang mendukung pertanian organik dan petaninya supaya tercipta kehidupan yang lebih baik bagi petaniitu sendiri? Bagaimana gereja (GKJ) memandang soal ini? Pertanyaan-pertanyaan dalam topik Etika Pertanian itu akan dijawab oleh Pdt. Em. DR. Sutarno (warga Gereja).
Dari segi ekonomi banyak orang berpendapat bertani organik tidak ekonomis: terlalu mahal dan repot. Akibatnya model pertanian organik kurang kompetitif, karena harga terlalu mahal dan tidak terjangkau masyarakat banyak. Tentu saja, pertanian organik menjadi sangat eksklusif dan tidak dikembangkan secara masif, karena konsumennya masih terbatas. Bagaimana menjadikan pertanian organik dapat memenuhi ketahanan pangan sekaligus secara ekonomi layak dan menguntungkan petani dan juga konsumen? Bagaimana siasat yang mesti dilakukan petani? Bagaimana metode pemasaran yang kompetitif untuk produk organik? Drs. Mustofa dari Paguyuban Tani Al-Barokah akan membagikan pengalamannya kepada peserta tentang Pemasaran Produk Pertanian Organik.

Tahap ke dua berbagi pengalaman nyata beberapa petani terutama yang sudah melaksanakan pertanian organik dari sudut pandang : negatif dan positif. Sesi ini akan dimulai dengan pemaparan pengalaman 2 orang petani pelaku PO yaitu Bp. Sukamto dari GKJ Pugeran dan Bp. Sri Sutardi dari GKJ Purwantoro. Kemudian diskusi akan mengalir kepada para petani lain yang akan berbicara langsung dan dipandu oleh seorang fasilitator.

Tahap ke tiga yaitu pada hari ke dua, semua peserta semiloka berdasarkan masukan yang berasal dari pakar dan praktisi akan mencoba untuk membuat peta persoalan lebih sistematik dan mencari jalan keluar bersama yang mungkin dikerjakan. Beberapa usulan yang bersifat praktis bisa menjadi kerangka kerja bagi program kerja sama di lapang. Kemudian dipilih lokasi yang memungkinkan bagi pelaksanaan kerja sama tersebut. Dari situ bisa dirancang rencana monitoring untuk melihat perkembangannya. Nara sumber/ fasilitator pada sessi ini adalah Pdt. Yahya Tirta Prewita (Sekretaris Umum Sinode GKJ) dan Suwarto Adi (Direktur Trukajaya).

Minggu, 24 Mei 2009

ALKITAB FIRMAN TUHAN

APAKAH ALKITAB ITU FIRMAN TUHAN ?
(Suatu upaya membangun kriteria teologi Kristen)

Berusaha menyelidiki dan menggali Kebenaran Alkitab adalah hal yang sangat baik, karena melalui penyelidikan dan penggalian inilah kita akan mengetahui: siapakah penulis kitab tersebut, kapan kitab itu ditulis, dalam rangka apa kitab itu ditulis, sasaran pembaca, apa pesan/isi/tema utama dari kitab tersebut? Namun hasil akhir dari penyelidikan ini akan muncul 2 kemungkinan, baik bagi orang yang menyelidiki maupun orang lain yang membaca hasil penyelidikan tersebut.
Kemungkinan yang pertama, orang itu akan mengalami goncangan iman, mungkin juga kehilangan iman. Sebab mungkin ketika ia baru mulai mengenal Kitab Suci dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia diajarkan bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN. Namun setelah menyelidikinya sendiri atau setelah membaca hasil penyelidikan orang lain ia mendapati kenyataan yang berbeda, yang berakhir pada satu kesimpulan bahwa Alkitab hanya tulisan/hasil karya literatur manusia saja! Ketika kesimpulan demikian diambil, masihkah orang demikian akan percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan? Pada masa perubahan seperti ini, banyak orang menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dipercayai.
Kemungkinan yang kedua, orang itu akan mengalami pertumbuhan dan kekuatan iman dan semakin percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Sebab ketika ia melakukan penyelidikan atau membaca hasil penyelidikan orang lain, terungkap baginya bahwa Alkitab adalah sebuah buku luar biasa dan ajaib. Meskipun para penulis Kitab Suci ini rata-rata berpendidikan rendah (kemungkinan besar tidak ada satupun penulis kitab yang bergelar Doktor – Kis. 4:13), dari latar belakang kehidupan yang berbeda, massa/tahun kehidupan yang berbeda pula, namun bisa menghasilkan tulisan yang menakjubkan. Banyak ketepatan sejarah dan ketepatan penggenapan nubuat. Antara kitab satu dengan kitab lain saling mendukung (andaikata terdapat perbedaan atau pertentangan antar kitab, itupun persentasenya sangat kecil, ada juga kemungkinan kita salah menafsirkannya sehingga muncul perbedaan-perbedaan tersebut).
Semua manusia dalam menilai sesuatu (benda, peristiwa, keadaan, situasi dan kondisi, dll.), selalu pada dua kesimpulan, positif dan negatif atau baik dan buruk.
Sekarang penulis kembali kepada judul makalah ini: APAKAH ALKITAB ITU FIRMAN TUHAN? Secara pribadi, penulis tetap percaya bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

I. ALLAH YANG MENULIS ALKITAB
Pertanyaan yang diajukan di sini adalah: mungkinkah manusia mengarang Alkitab? Bagi orang beriman, Alkitab semakin dibaca, semakin terlihat betapa hebat­nya kesatuan yang terkandung didalamnya. Semakin mendalaminya semakin dilihat betapa tingginya ketelitiannya, dan akan menemukan bahwa bukan 40 orang yang mengarang­nya, tetapi Satu Orang, yaitu ALLAH sendiri! Sekitar 40 penulis yang berasal dari latar belakang kehidupan, profesi, kebudayaan dan waktu hidup yang terpisah jauh, hanyalah bagaikan 40 batang pena di tangan Allah. Yang berperan utama dalam penulisan itu bukanlah ke-40 batang pena, melainkan penulisnya. Demikian pula, meskipun Alkitab ditulis sekitar 40 penulis, tetapi mereka hanya alat yang dipakai Allah, yang melalui mereka Allah menyatakan FirmanNya. Mereka menulis dengan pimpinan Roh Kudus: “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (II Ptr. 1:20-21).
Di bawah ini penulis mengutip sebuah kisah perjalanan seorang agnostik yang banyak mempelajari atheisme, namun setelah dia mengenal Alkitab dan mulai menyelidikinya, ia menjadi takjub akan keajaiban yang ditemukan dalam Alkitab. Akhirnya sejak saat itu ia (yang bernama Ivan Panin), menghabiskan hampir seluruh hidupnya secara khusus melakukan penelitian ayat demi ayat dalam Alkitab:[1]
Di tahun 1882, Panin, seorang imigran muda dari Rusia menamatkan studinya di Harvard. Ia mengalami keubahan yang mengherankan di dalam Kristus, setelah sekian lama berkelana sebagai seorang agnostik yang sering mempelajari atheisme! Sebagai seorang sarjana matematika yang brilian, dan ahli berbagai bahasa dan sastra, Panin mulai mempelajari Alkitab sebagai seorang Kristen. Ia menunjukkan, bahwa Alkitab dalam bahasa aslinya adalah meru­pakan rancangan yang sempurna dari Seorang Maha pemikir Matematika jauh di atas kemampuan manusia untuk menyusunya. Ia memberikan lebih dari 43.000 lembar hasil penelitiannya kepada Yayasan Penelitian Nobel (Nobel Research Foundation), disertai dengan pernyataan, bahwa ini adalah bukti Alkitab sebagai Fir­man Allah. Mereka menjawab, "Sejauh penyelidikan yang telah kami lakukan kami menemukan bukti­ – bukti yang menguatkan pernyataan ini".Panin menemukan bahwa pola ‑ pola bilangan prima seperti 11, 13, 17, dan 23 terutama 7, ditemukan dalam berkas ‑ berkas yang besar. Ia menjumlah nilai ‑ nilai bilangan dari kata, kalimat, alinea, bait, dan kitab, dan ia menemukan pola ‑ pola yang sama dalam bentuk‑bentuk ini! Ia menemukan bahwa jumlah nilai bilangan dari kata ‑ kata habis dibagi dengan 7. Jumlah nilai bilangan dari nama‑nama, baik pria maupun wanita, habis dibagi dengan 7. Jumlah nilai bilangan dari kata‑kata yang dimulai dengan huruf vokal maupun konsonan, habis dibagi dengan 7. Jumlah nilai bilangan dari kata ulang maupun kata tunggal, habis dibagi dengan 7 ! Jumlah nilai bilangan dari kata‑kata benda maupun bukan kata benda habis dibagi dengan 7. Setiap kata, jumlah nilai bilangannya habis dibagi dengan 7! Mula‑mula Panin mendalami hanya satu bait saja dalam waktu yang cukup lama untuk mendapatkan keteguhan bukti statistik dari rancangan supernatural ini. Ia mengatakan, bahwa semakin kita mendalami suatu bait, semakin kita mendapat bukti lebih banyak dari pola‑pola itu, sehingga pikiran kita menjadi terkagum‑kagum!
Memang, tidak bisa kita pungkiri bahwa ketika para penulis ini menggoreskan kalimat demi kalimat ke atas papirus[2], ada ide-ide dan pengalaman tertentu dari penulis yang dimasukan ke dalam tulisannya. Bahkan salah satu unsur yang tidak bisa lepas adalah campur tangan politik, khususnya kitab Perjanjian Lama. Menurut Robert B. Coote, tujuan awal bait suci dan kitab sucinya adalah melegitimasikan penguasa wangsa Daud (1000-520 sM).[3] Namun apakah Allah tidak bisa memakai situasi dan kondisi politik, terutama politik umat pilihan (Israel) untuk menyampaikan maksud, kehendak dan pengajaran-Nya yang dituangkan melalui para penulis Kitab Suci? Mengapa kita membatasi kerja kuasa Allah dalam segala hal? Sepanjang apa yang ditulis mereka, bermanfaat untuk mengajar, dan adanya intervensi/campur tangan Allah melalui Roh Kudus di kala proses penulisannya, ia akan menjadi Fiman yang bermanfaat untuk mendidik, mengajar, menuntun dan memperingatkan siapapun yang membaca Kitab Suci ini (I Kor. 10:6-11).
Begitu kita mulai meragukan otoritas penulis kitab dan bertanya, apakah benar bahwa penulis-penulis itu dipimpin oleh Roh Kudus? Dengan sendirinya otoritas Alkitab akan hancur di mata kita. Dan akhirnya kita akan menganggap Alkitab ini tidak mempunyai keunggulan/kelebihan jika dibandingkan dengan bukuk-buku lain yang banyak beredar di dunia. Karena itu titik penentuan apakah kita mengakui Alkitab sebagai Firman Tuhan, akan ditentukan oleh pengakuan kita kepada penulis kitab itu sendiri. Jika kita mengganggap bahwa mereka tidak dipakai Allah, apa yang mereka tulis hanya intervensi kekuasaan politik kerajaan tertentu di Israel. Dan kita sendiripun sanggup menulis seperti apa yang ditulis mereka, maka dengan sendirinya kita pun akan menulis buku dan menyamakan kedudukannya seperti Alkitab. Jika hal demikian sampai terjadi, dapatkah kita bayangkan berapa banyak kitab-kitab yang dianggap suci yang akan terbit dikemudian hari? Apakah identitas kekristenan bisa dipertahankan lagi, dan berapa banyak agama yang nantinya akan muncul dari hasil karya penulis-penulis pintar yang tersebar di seluruh dunia?
II. ALKITAB MERUPAKAN WAHYU ALLAH : (II Tim 3:15)
Walaupun Allah memakai manusia untuk menuliskan FirmanNya, namun secara prinsip otoritas, Dialah yang mewahyukannya[4]. Manusia hanya media yang dipakai Allah untuk menuangkan wahyuNya dalam bentuk tulisan (II Tim. 3:15-17). Penulis kurang setuju dengan penjelasan David Robert Ord dan Robert B. Coote, tentang “Ilham”, yang mengatakan bahwa: Kita juga dapat membandingkan kesejajaran yang lebih jauh antara Konstitusi tersebut dengan Alkitab dalam hal pengilhamannya. Konstitusi itu dapat juga disimpulkan sebagai diilhami oleh roh rakyat Amerika. Dengan “pengilhaman” kita tidak bermaksud mengatakan bahwa rakyat Amerikalah yang mendiktekan kata-kata yang ada di situ, tetapi para pengagas Konstitusi itu memang secara akurat mencerminkan perhatian rakyat Amerika dan menjawab persoalan yang relevan bagi bangsa Amerika. Para pembuat Konstitusi itu sungguh diilhami oleh rakyat Amerika karena mereka mengangkat persoalan yang hidup dalam jiwa rakyatnya. Maka pengilhaman (inspirasi) atas kitab-kitab dalam Alkitab pun dapat dipahami seperti di atas...”[5]
Jika pengilhaman terhadap penulisan Kitab Suci kita pahami seperti yang diungkapkan David dan Robert Coote, sangat berbahaya! Karena akan membuka peluang besar bagi penulis-penulis yang ahli dewasa ini, memunculkan buku-buku mereka dan kemudian diklain bahwa tulisan mereka itu merupakan kitab-kitab suci yang diilhamkan Allah. Bahwa mereka digerakan Roh Allah, mereka mendengar suara/bisikan Allah, mereka mendapat mimpi dan penglihatan Allah, sehingga apa yang mereka dapatkan dituangkanlah dalam bentuk tulisan. Kemudian mereka mengajarkan kepada orang-orang yang awam. Jika kitab suci buatan mereka itu muncul, kita juga tidak bisa menolak dan mengatakan bahwa mereka tidak dipakai Allah. Karena dengan alasan apakah kita mau menolak dan mengatakan bahwa tulisan mereka itu tidak diilhamkan Allah?
Pengilhaman tidak bisa disamakan dengan cara munculnya – dalam hal ini diambil Konstitusi di Amerika – sebuah buku undang-undang untuk mengatur suatu negara. Konstitusi digagas oleh sekelompok orang dalam satu forum secara bersamaan. Melalui rapat anggota legislatif, mengajukan ide dan rancangan undang-undang yang akan diberlakukan. Tetapi penulisan Alkitab tidaklah demikian. Para penulis tidak hidup dalam komunitas yang sama. Mereka berasal dari kebudayaan, profesi, latar belakang pendidikan, massa kehidupan, dan tempat tinggal yang terpaut jauh. Dan hasil tulisan mereka dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, ketika dikanonisasi, ternyata isinya saling mendukung, saling berkaitan dan saling menunjang. Mengapa demikian? Karena hanya ada satu Roh yang memberikan Ilham atau Wahyu kepada para penulis yaitu Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri mengakui bahwa penulis kitab, diantaranya raja Daud dipakai/ dipimpin oleh Roh Kudus ketika menuliskan kitabnya (Mrk. 12:35-36)
III. DIBUKTIKAN OLEH SEJARAH
George Eldon Ladd menuliskan dalam bukunya, Injil Kerajaan Allah: “Alkitab mempunyai sebuah jawaban dalam sejarah. Tema pokok dari keseluruhan Alkitab adalah pekerjaan Allah menyelamatkan manusia dalam sejarah”.[6]
Alkitab berbicara tentang kehidupan manusia dalam konteks visi sejarah yang universal, sejarah kosmis. Meskipun, tentu saja, Alkitab juga memuat banyak macam bahan – perundang-undangan yang legal, doa-doa, ucapan-ucapan kebijaksanaan, dan perintah moral – Alkitab, dalam rencananya yang menyeluruh dan dalam sebagian besar isinya, adalah sejarah. Alkitab menempatkan dirinya dihadapan kita suatu visi tentang sejarah kosmis, dari penciptaan dunia sampai ke penggenapannya yang terakhir, tentang bangsa-bangsa yang membentuk satu keluarga umat manusia, dan tentu saja tentang satu bangsa yang dipilih untuk menjadi pengemban makna sejarah demi untuk semua, dan tentang satu manusia yang dipanggil untuk menjadi pengemban makna tersebut untuk bangsa itu. Berbagai macam peristiwa, tempat terjadinya peristiwa, bahkan tahun terjadinya peristiwa yang tertulis dalam Alkitab, dapat dibuktikan melalui penggalian sejarah. Alkitab adalah sejarah yang universal[7].
IV. ALKITAB DIYAKINI OLEH MILIARAN MANUSIA DI MUKA BUMI
Suatu kritikan umum dari mereka yang menentang atau yang ragu-ragu terhadap Alkitab adalah bahwa “Alkitab adalah sebuah buku mitos yang berisi cerita-cerita fiktif. Karena itu peristiwa, mujizat dan tokoh yang diungkapkan adalah fiktif belaka”. Kritikan demikian muncul karena mereka bukan menerima Alkitab dengan iman tetapi dengan logika. Ketika mereka membaca bagaimana Allah menyatakan kuasa dan mujizatNya di tengah-tengah manusia, bagi mereka itu adalah hal yang mustahil terjadi. Karena itu kuasa Allah yang ajaib itu bagi mereka hanya semacam mitos yang diajarkan turun-temurun dan dibumbui dari generasi yang satu ke generasi yang selanjutnya, sehingga cerita itu menjadi semakin menarik untuk dibaca sebagai sebuah buku hiburan atau dongeng bagi anak-anak.
Kritikan demikian sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat, sebab mitos tidak memiliki imbangan di dalam kebenaran historis, maka mereka dipertimbangkan sebagai sumber kebenaran yang tidak dapat dipercaya[8]. Mitos adalah “Cerita Fiktif, cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib[9]. Jika Alkitab hanya sebuah buku Mitos / Cerita Fiktif, mengapa orang yang mempercayainya demikian banyak – umat Kristen dan Katolik di dunia berjumlah satu miliar lebih – apakah mereka adalah orang-orang bodoh yang naif dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Dengan mengatakan bahwa Alkitab adalah sebuah buku Mitos, sama artinya melecehkan dan mengatakan bahwa miliaran manusia Kristen yang mempercayai Alkitab adalah orang-orang bodoh yang terjebak dalam kebohongan sebuah buku. Mereka percaya Alkitab sebagai Firman Tuhan, tentunya berlandaskan pengalaman rohani mereka secara pribadi dengan Alkitab dan dengan Allah yang diungkapkan melalui Alkitab tersebut. Hidup mereka diubah dari jahat menjadi baik, menjadi manusia ciptaan baru yang penuh pengharapan. Banyak orang Kristen diseluruh dunia, memiliki pengalaman pribadi dengan Yesus Kristus; apakah itu berupa kesembuhan penyakit, kekuatan dan penghiburan disaat lemah, penglihatan dan mimpi ajaib.
V. ALKITAB SELALU RELEVAN
Dipertengahan abad 17; Voltaire, salah satu dari penulis‑penulis yang paling berpengaruh di masa itu, menunjukkan sebuah Alkitab di tangannya dan berkata, "Dalam 100 tahun mendatang. Kekristenan akan tersapu lenyap dan tinggal sejarah saja!"[10] Lucunya, hanya 50 tahun setelah kematiannya, Perkumpulan Alkitab Jenewa (Geneva Bible Society) memakai rumahnya sebagai markas besar mereka untuk mencetakan dan mengedarkan Alkitab!
Jika kita beranggapan bahwa Alkitab yang ditulis ribuan tahun lalu tidak relevan lagi untuk dipraktekkan zaman teknologi maju seperti sekarang ini. Yang ingin penulis tanyakan: dalam hal apa dikatakan tidak relevan? Atau sebaliknya kita tidak ingin diikat/dibelenggu oleh Kebenaran Allah berupa aturan-aturan, dan ingin bebas lepas sebebas-bebasnya? Jika demikian halnya permasalahannya bukan pada Alkitab, tetapi pada ketidakpuasan pribadi manusia untuk mengejar kehidupan duniawi. Sama seperi Adam dan Hawa yang merasa terikat oleh perintah Allah agar jangan memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Mereka ingin bebas tanpa aturan. Dan apa hasil kebebasan yang mereka peroleh? Justru sebaliknya karena mereka melanggar perintah Allah, mereka jatuh ke dalam dosa dan penghukuman/kutukan, yang berakhir dengan penderitaan jasmani dan rohani (Kej. 2:15-17; 3:1-24).

VI. ALKITAB BERSAKSI TENTANG YESUS KRISTUS
Jika orang-orang dunia tidak percaya Alkitab sebagai Firman Allah adalah hal yang wajar, oleh karena mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Allah dan Juruselamat manusia. Tetapi jika ada umat Kristen yang tidak percaya Alkitab adalah Firman Allah adalah sangat naif. Bagaimana orang demikian bisa disebut Kristen – pengikut Kristus (Kis. 11:26; 16:7; 26:28)? Karena antara Kitab Suci dan Yesus Kristus – Allah – adalah kesatuan yang tak terpisahkan. Yesus Kristus adalah FIRMAN dan ALLAH, yang menjadi manusia: “ Pada mulanya adalah Firman ; Firman itu bersama – sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah ; Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” ( Yoh. 1:1,14), bandingkan: (Flp. 2:5-9; Kol. 1:15; Ibr. 1:3; I Tim. 3:16).
Karena itu Alkitab adalah sebuah buku yang bersaksi tentang Yesus Kristus: “ Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu” (Yoh. 5:39-40; bandingkan: Luk. 24:44-47; Yoh. 20:31). Karena itu tidak mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah sama artinya tidak percaya kesaksian tentang Yesus Kristus. Dan tentunya tidak akan ada gunanya juga jika seseorang hanya mempercayai Alkitab, tetapi tidak menjalankan Alkitab itu dalam kehidupannya sehari-hari. Sama seperti iman tanpa perbuatan, demikianlah percaya kepada Alkitab tetapi tidak melakukan apa yang diperintahkan Allah dalam Alkitab. Yang dituntut Yesus dari kita adalah mendengar, percaya dan melakukan: “ Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri........” (Yak. 1:22-25). Karena itu kehidupan kekal bukan terletak pada percaya kepada Alkitab, tetapi pada tindakan melakukan apa yang diperintahkan Allah dalam Alkitab.
Adalah kewajiban utama dan tertinggi dari setiap makhluk yang berakal untuk mempelajari dari Kitab Suci apa KEBENARAN itu, kemudian berjalan dalam terang kebenaran dan mendorong orang lain untuk mengikutinya. Kita harus mempelajari Alkitab dengan rajin setiap hari, mempertimbangkan setiap pemikiran dan membandingkan ayat dengan ayat [11]. Yang diharapkan adalah kita bersikap seperti orang-orang Yahudi di Berea, setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci dan akhirnya mereka percaya dan menerimanya sebagai kebenaran Firman Tuhan (Kis. 17:11-12).
VIII. KEKRISTENAN SEMU/PALSU
Keprihatinan yang realistis saat ini adalah mengenai munculnya kekristenan semu bahkan Palsu. Sumber dari perkara ini adalah akibat kesalahmengertian orang tentang bagaimana berteologi Kristen itu? Sesungguhnya Ciri pokok dari theologi Kristen ada pada “bersumber pada Alkitab” dan “dibawah wibawa Firman Allah di dalam Kitab Suci”. Seorang Theolog dapat dikatakan theolok Kristen apabila percaya dan berada dalam wibawa kitab suci, bukan pada posisi sebaliknya(mencemooh dan memutarbalikkan makna Alkitab). Teman-teman Pascasarjana Satya Wacana dalam diskusinya menyayangkan pendapat-pendapat John Spong; suatu contoh dalam buku yang dia tulis[12] mengungkapkan bahwa dia setuju dengan Homoseks. Bahkan dalam suatu seminar[13] yang diadakan di Salatiga, secara terang-terangan ia mengakui telah mentahbiskan beberapa pendeta homoseks di gereja yang dipimpinnya. Yang ingin penulis kritisi secara tajam adalah: Apakah itu betul-betul Firman Tuhan? Atau sebaliknya pemutarbalikkan Firman Tuhan? Karena banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang menentang tindakan homoseks (Kej. 19:1-29; I Kor. 6:9; Why. 21:8; Rm. 1:26-27; I Tim. 1:9-10; Im. 20:13).
Secara pribadi, penulis turut prihatin dan merasa kasihan kepada mereka yang memiliki kelainan seksual tersebut. Orang demikian memang perlu diberi dukungan, baik secara mental maupun secara moril. Kita harus terima mereka dalam pergaulan komunitas masyarakat dan dalam gereja. Mereka juga orang yang layak diselamatkan. Namun jangan sampai keprihatinan tersebut salah arah, sehingga mendukung tindakan mereka dalam melakukan persebutuhan yang tak wajar. Bagi penulis, itu adalah suatu penyakit yang harus disembuhkan. Sama halnya seorang yang memiliki kelainan jiwa berupa suka mengambil/menilap barang-barang orang lain, meskipun ia sendiri sanggup membeli barang-barang yang dia ambil. Tapi bagi orang tersebut, bisa mengambil barang orang lain adalah suatu kepuasan/kenikmatan tersendiri, suatu kepuasan yang tidak bisa dinilai dengan materi.
Sama halnya dengan homoseks. Kita tidak seharusnya mendukung dan setuju dengan tindakannya melakukan persetubuhan yang tak wajar itu. Apakah homoseks tidak bisa disembuhkan? Yang menjadi pertanyaan kita adalah: Percayakah kita akan kuasa Allah? Jika Allah sanggup melakukan berbagai macam mujizat dan kesembuhan, bahkan membangkitkan orang mati, tidak sanggupkah Allah menyembuhkan kelainan jiwa atau kelainan gen atau kelainan kromosom yang dialami seorang homoseks atau lesbian? Kecuali jika kita tidak percaya kepada kuasa Allah. Selain itu, dengan kemajuan teknologi kedokteran yang semakin canggih, seharusnya penyakit tersebut sudah bisa ditangani.
Jadi agaknya perlu dibangun satu aturan yang menjelaskan tentang karakteristik Theologia Kristen, supaya di kemudian hari tidak semakin banyak orang yang mengaku Kristen tetapi tidak percaya Alkitab. Mengaku Theolog Kristen tetapi justru menyerang Kitab Sucinya sendiri. Kekristenan yang semacam itu adalah semu bahkan palsu.












DAFTAR PUSTAKA

1. Winkie Pratney, dalam artikel: Rahasia Kesempurnaan ALKITAB.
2. Robert B. Coote & Mary P. Coote: Kuasa, Politik & Proses Pembuatan alkitab, BPK Gunung Mulia, 2001
3. Kepercayaan Dan Kehidupan Kristen, Seminari Theologia Injili Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1985
4. David Robert Ord dan Robert B. Coote, Apakah Alkitab Benar? BPK Gunung Mulia, 2000
5. Dr. George Eldon Ladd, Injil Kerajaan Allah, Gandum Mas, 1994
6. Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Majemuk, BPK Gunung Mulia, 1999
7. Dr. R.C. Sproul, Mengapa Percaya, Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, 1995
8. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi III, 2001
9. Dr. Irwin Moon, Alam Berkisah Tentang Allah ( Suatu Pendekatan Ilmiah ), Kanisius, 1993.
10. Ellen G. White, Kemenangan Akhir, Indonesia Publishing House – Offset di Indonesia, 1990.
[1] Bagian ini penulis kutip dari artikel Winkie Pratney, dalam artikel: Rahasia Kesempurnaan ALKITAB.
[2] Semacam alang-alang air yang tumbuh di Eropa Selatan dan Afrika Utara, digunakan sebagai bahan kertas pada zaman dahulu, menurut penelitian, zaman dulu Alkitab juga ditulis di atas kertas semacam papyrus.
[3] Robert B. Coote & Mary P. Coote: Kuasa, Politik & Proses Pembuatan alkitab, BPK Gunung Mulia, 2001, Hal 4, 215-223
[4] Kepercayaan Dan Kehidupan Kristen, Seminari Theologia Injili Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1985, hal 29
[5] Kutipan perkataan David Robert Ord dan Robert B. Coote, APAKAH ALKITAB BENAR? BPK Gunung Mulia, 2000, hal 135-136
[6] Dr. George Eldon Ladd, Injil Kerajaan Allah, Gandum Mas, 1994, 162
[7] Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Majemuk, BPK Gunung Mulia, 1999,124.
[8] Dr. R.C. Sproul, Mengapa Percaya, Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, 1995, 10.
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi III, 2001, 749
[10] Dr. Irwin Moon, Alam Berkisah Tentang Allah ( Suatu Pendekatan Ilmiah ), Kanisius, 1993, hal 136-143.
[11] Ellen G. White, Kemenangan Akhir, Indonesia Publishing House – Offset di Indonesia, 1990, 564-565.
[12] Diantara bukunya: A New Christianity for a New World.
[13] Seminar ini diadakan pada tanggal 22 Juli 2003, di Balairung UKSW.

PERNIKAHAN MAS YOSY-PARAS






AKHIRNYA MENIKAH JUGA…

Agaknya itulah yang tersirat dalam benak mas Yossy ketika bersanding dengan mbak Dewi di altar gereja pepanthan Paras. Ya Jumat 22 Mei 2009 pukul 11.00 Saudara kita Yosi Kristiawan Purwo Handoko mempersunting gadis pujaan hatinya.. prawan Klaten yang bernama Dewi Kusuma Rini. Mereka telah jauh hari mempersiapkan acara berbahagia tersebu, bahkan telah mengikuti kelas katekisasi pranikah yang diampu pak pdt. Simon Julianto. Katanya selalu nglajo dari solo-boyolali tiap katekisasi. Acara peribadatan peneguhan Pernikahan dan pemberkatan Perkawinan menjadi sangat istimewa karena sebagian warga gereja Boyolali datang untuk nyengkuyung. Paduan Suara Gema Nafiri menjadi group utama pemuji Tuhan; mereka melagukan pujian wajib Berkatilah, She was my ring, Bapa Engkau sungguh baik dan Setialah. Seperti biasa conductor koor bu Rini Imanuel dengan lincah memimpin kelompoknya.
Tidak seperti biasa pak pdt. Simon tampil sangat berwibawa pada saat memimpin kebaktian… pake kacamata bening dengan frame hitam, tidak tahunya sedang ketiban Bel (sakit mata). Meskipun kriyip-kriyip bengkak pak Simon memandu pengantin mengikuti rangkaian peribadatan. Bacaan yang diambil adalah II Petrus
1:10 “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.”
Pengantin diingatkan untuk memenuhi panggilan Tuhan dalam kehidupan. Panggilan dan pilihan adalah kata-kata yang khusus dihayati. Setiap orang beriman dipanggil untuk teguh pada panggilan dan pilihan Allah, karena hanya dengan teguh pada kedua hal tersebut maka orang akan tegap melangkahi hidup. Demikian pula panggilan untuk berkeluarga serta pilihan dengan siapa dia akan berkeluarga, adalah panggilan dan pilihan yang bersifat konsiten tidak plin-plan… pengantin manthuk-manthuk mendengar itu, moga-moga tahu benar ya.
Setelah kebaktian selesai pengantin dan keluarga segera pulang.. dekat kok, Cuma 100 meter dari gereja, pas sebelah utara gapura Paras. Tamu sudah menunggu di rumah untuk resepsi. Sayang pak Simon yang sudah berganti kacamata keren bak bintang tidak bisa mampir… hehe katanya lagi diare. Ok deh.Selamat berbahagia mas Yosi berdua

Selasa, 19 Mei 2009

PELAYANAN PRAKTIS ANGGOTA MAJELIS

PELAYANAN PRAKTIS ANGGOTA MAJELIS GKJ BOYOLALI

I. TUGAS DALAM KEBAKTIAN
1. Tugas umum Majelis GKJ Boyolali dalam kebaktian adalah sebagai penanggung jawab berjalannya kebaktian di seluruh kemajelisan kepada Tuhan.
2. Majelis Pendamping sesuai dengan urutannya bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam kebaktian: Urutan 1(P1) bertugas sebagai wakil majelis/Imam yang menghantar doa konsistori dan penyerahan Alkitab kepada pengkotbah. P2 bertugas among tamu/jemaat, P3 bertugas mengkoordinir pelaksanaan persembahan, P4 bertugas mencatat kehadiran warga jemaat, P5 bertugas membaca warta jemaat.
3. Majelis Pendamping datang dalam kebaktian paling lambat 15 menit sebelum kebaktian dimulai. Hal ini untuk mengantisipasi kondisi darurat yang dapat saja terjadi(contoh: pengkotbah mendadak sakit), juga untuk melakukan persiapan teknis yang mendukung lancarnya kebaktian( sound system, tempat duduk jemaat, papan liturgy dsb)
4. Pendamping 1 bertanggung jawab untuk melakukan persiapan kotbah, karena dalam kondisi darurat pengkotbah berhalangan mendadak maka P1 yang harus tampil. Oleh karena itu disarankan P1 selalu membawa bahan kotbah jangkep, lebih baik apabila dibaca sebelumnya.
5. Doa konsistori: Adalah doa yang dilakukan oleh P1 sebelum kebaktian dilaksanakan dan setelah kebaktian dilaksanakan. Doa konsistori I tidak perlu panjang-panjang karena pada prinsipnya menyerahkan jemaat dan pengkotbah serta Majelis dalam pemeliharaan Tuhan. Sedangkan Doa Konsistori II pada prinsipnya mengucap syukur atas pemeliharaan Tuhan dalam kebaktian, pada doa II ini dimungkinkan mendoakan syafaat yang belum didoakan oleh pengkotbah.
6. Penyerahan Alkitab pada awal kebaktian dan akhir Kebaktian: adalah symbol dari penyerahan mandat Majelis GKJ Boyolali kepada pengkotbah untuk melayankan kebaktian.
7. Pembacaan Warta Jemaat: Dilakukan oleh P5 dengan terlebih dahulu meneliti warta yang akan dibaca sehingga pada saat pembacaan tidak terkesan serampangan, tegas dan tidak tergesa-gesa, P5 tidak diperkenankan memberi komentar-komentar terhadap warta jemaat yang mengakibatkan penafsiran yang keliru oleh jemaat.
8. Persembahan: Pada prinsipnya pelayanan persembahan adalah tugas majelis pendamping, P3 bertugas mengkoordinir pelaksanaan pelayanan persembahan tersebut. P3 juga yang bertugas untuk meminta beberapa warga jemaat untuk turut membantu apabila jumlah anggota majelis pendamping tidak mencukupi. Pelayanan persembahan ini juga terjadi setelah kebaktian yaitu dengan menghitung dan mencatat jumlah persembahan, P3 bertugas memastikan bahwa persembahan sampai ketangan bendahara Majelis GKJ Boyolali.
9. Among Tamu/jemaat: Penyambutan jemaat perlu dilakukan oleh Majelis pendamping karena jemaat adalah tamu-tamu Allah yang ingin sowan sebagai hamba-Nya. Disamping itu among tamu dilakukan untuk mengetahui adanya beberapa wajah baru yang muncul dalam kebaktian. Apabila ada wajah baru bagi tamu Allah, maka majelis pendamping harus menyambut dan menanyakan identitas serta alamat dan kemudian memberikan informasi tersebut kepada anggota majelis yang melayani pada wilayah kediaman tamu tersebut. P2 bertugas untuk mengkoordinir pelayanan penyambutan ini. Dalam hal ada warga yang terlambat hadir dalam kebaktian dan mengalami kebingungan mencari tempat duduk, maka P2 tanpa mengganggu suasana kebaktian bertanggung jawab untuk mencarikan tempat duduk bagi warga tersebut.
10. Pencatatan jumlah kehadiran warga jemaat: dilakukan untuk melakukan peta kondisi iman jemaat berdasarkan kwantitas. Pencatatan ini dikoordinir oleh P4
11. Dalam hal pengkotbah Tamu: maka majelis pendamping bertugas untuk memberitahukan informasi selengkapnya tentang kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di kebaktian GKJ Boyolali; tentang cara keluar dari konsistori, memberi informasi hal-hal yang perlu didoakan dsb. Pengkotbah tamu sebaiknya tidak disodori kantong persembahan kecuali yang bersangkutan menginginkannya. Hal ini dikarenakan ada kebiasaan dari beberapa gereja(yang mungkin juga gereja dari pengkotbah) yang memberlakukan bahwa pengkotbah tidak disodori kantong persembahan.
12. Papan Liturgi: dipakai untuk membantu jemaat mempersiapkan Lagu maupun ayat yang dipakai dalam kebaktian. Oleh karena itu Sebelum kebaktian dimulai majelis pendamping berkewajiban memastikan bahwa papan liturgy telah terisi dan terpasang, dimana sebelumnya minta kepada pengkotbah untuk meneliti terlebih dahulu.
13. PERJAMUAN KUDUS
a. Pelayanan Pendadaran: Prinsip dari pendadaran adalah menyaksikan kesaksian warga Bujono dalam menanggapi undangan Sakramen Perjamuan, dalam hal ini Majelis berkewajiban mendampingi warga jemaat untuk melakukan pendadaran atas diri mereka masing-masing.
b. Jadwal pendadaran diatur oleh majelis Kelompok maupun pepanthan sesuai dengan karakteristik wilayah serta jemaat.
c. Pelayanan Pendadaran kolektif:
- Dimulai dengan Menyanyikan pujian pembukaan
- Renungan yang berkaitan dengan persiapan Perjamuan Kudus
- Pembacaan pertanyaan pendadaran
i Apakah kita sungguh-sungguh menyadari dan mengakui bahwa kita berada dalam kondisi tidak selamat karena dosa, dan dengan kekuatan serta usaha sendiri tidak mampu melepaskan diri dari kondisi tersebut, sehingga membutuhkan juru selamat yang berkuasa melepaskannya?
ii Apakah kita sungguh-sungguh bertobat serta menyerahkan diri dengan penuh keyakinan kepada Allah yang menyelamatkan melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus?
iii Apakah kita sungguh-sungguh bertekad menyerahkan diri untuk hidup sesuai dengan firmanNya?
iv Apakah kita sungguh-sungguh bertekad senantiasa menjalani hidup penuh syukur atas anugerah penyelamatan Allah?
- Saat teduh
- Penanjihan kepada masing-masing warga tentang kesaksiannya: diawali dengan pernyataan bahwa majelis tidak ndadar jemaat, tetapi akan menerima kesaksian jemaat atas pendadaran mereka masing-masing
- Doa penyerahan kesanggupan jemaat
- Nyanyian penutup dilanjutkan doa penutup
(Dalam hal khusus ada warga yang menyatakan tidak mengikuti Perjamuan kudus, segera ditanggapi oleh majelis dengan meminta warga tersebut setelah pendadaran selesai tidak segera pulang, tetapi membicarakan sandungannya dengan anggota majelis)
d. Pendadaran sebaiknya dilakukan dengan tidak mendadak; oleh karena itu apabila ada warga yang sampai dengan batas akhir pendadaran tidak mengikuti, anggota majelis berkewajiban mbereg warga untuk melakukan pendadaran(dengan menginformasikan jadwal pendadaran kelompok lain ataupun mengundang agar warga segera mencari anggota majelis terdekat untuk pendadaran)
e. Pendadaran kepada perorangan:
- Dimulai dengan doa pembukaan
- Membaca pertanyaan pendadaran
- Penanjihan pendadaran
- Doa penyerahan jawaban ybs kepada Tuhan dilanjutkan doa penutup
f. Perjamuan Kudus Perkunjungan
Perjamuan Kudus Perkunjungan hanya dikhususkan bagi warga jemaat yang sakit atau jompo, oleh karena itu warga jemaat yang sehat dianjurkan untuk mengikuti Perjamuan Kudus sesuai dengan Jadwal Perjamuan Kudus di GKJ Boyolali. Perjamuan Kudus Perkunjungan difasilitasi oleh para anggota majelis sesuai dengan wilayah pelayanannya secara teritorial (kelompok atau pepanthan). Diatur waktu pelaksanaannya sesuai dengan pendeta yang melayankan
g. Tamu Perjamuan Kudus
Adalah warga Gereja lain yang seasas dengan GKJ yang berkehendak mengikuti Perjamuan Kudus di GKJ Boyolali. Ybs mengikuti pendadaran sebagaimana warga GKJ Boyolali, anggota Majelis mencatat identitas gerejawi ybs untuk diumumkan pada saat kebaktian serta untuk memberitahukan kepada gereja asal tamu tersebut.



II. TUGAS DILUAR KEBAKTIAN
Tugas diluar Kebaktian adalah tugas anggota Majelis yang dilaksanakan diluar jam kebaktian resmi GKJ BOyolali. Pada Prinsipnya ada 2(dua) jenis tugas yang dapat di sebutka yaitu 1. Tugas berdasarkan keputusan Sidang Majelis dan 2. Tugas keseharian sebagai anggota Majelis
Tugas-tugas berdasarkan keputusan Sidang Majelis:
a. Mewakili Majelis GKJ Boyolali untuk mengikuti Sidang Klasis, Pelatihan atau hal-hal lain yang berkenaan dengan tugas luar kemajelisan.
b. Perkunjungan Persiapan Baptis
Perkunjungan Persiapan Babtis dilaksanakan guna mempersiapkan kesungguhan calon Babtisan maupun orang tua yang akan membabtiskan anaknya, sehingga babtisan yang akan dilayankan sungguh merupakan tanda dan meterai dari Tuhan kepada warga tersebut. Perkunjungan dilaksanakan sekurang-kurangnya oleh 2(dua) orang anggota majelis. Adapun tatacara perkunjungan dilaksanakan sebagai berikut:
- Pembukaan dengan menjelaskan maksud kedatangan dan dilanjutkan dengan doa
- Menanyakan apakah sungguh mengajukan permohonan pelayanan babtis, apakah berdasar keinginan sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
- Menerangkan arti baptis kepada calon baptisan, dapat juga dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang apakah mereka mengetahui makna baptisan.
- Menanyakan tiga macam pertanyaan yang diajukan dalam pertelaan:
1. Apakah saudara meyakini anugerah keselamatan yang ditandai dengan babtisan?
2. Apakah bersedia hidup baru sebagai ucap syukur atas anugerah keselamatan berdasar Alkitab?
3. Apakah bersedia menerima penggembalaan jika hidupnya menyimpang dari ajaran Alkitab?
- Untuk Warga yang akan membabtiskan anaknya diajukan 3(tiga ) pertanyaan pula:
1. Apakah percaya dan meyakini bahwa anugerah keselamatan yang ditandai dengan baptisan juga dikaruniakan kepada anak mereka?
2. Bersediakah mereka mendidik anak yang akan dibabtis dalam terang takut akan Tuhan sehingga ketika dewasa anak tersebut dapat melakukan pengakuan percaya?
3. Apakah mereka bersedia menerima segala bentuk penggembalaan berdasar Alkitab apabila ternyata lalai mendidik anak yang dibabtiskan tersebut.
- Mendoakan kesanggupan dari calon Baptisan dilanjutkan doa penutup
- Pamitan
c. Perkunjungan persiapan Sidi/Pengakuan Percaya
Perkunjungan Persiapan Sidi/Pengakluan Percaya dilaksanakan guna mempersiapkan kesungguhan calon Sidi sehingga pelayanan penerimaan Pengakuan Percaya yang akan dilayankan sungguh merupakan berkat dari Tuhan kepada warga tersebut. Perkunjungan dilaksanakan sekurang-kurangnya oleh 2(dua) orang anggota majelis. Adapun tatacara perkunjungan dilaksanakan sebagai berikut:
- Pembukaan dengan menjelaskan maksud kedatangan dan dilanjutkan dengan doa
- Menanyakan apakah sungguh mengajukan permohonan pelayanan Sidi/Pengakuan Percaya, apakah berdasar keinginan sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
- Menerangkan arti Sidi?Pengakuan Percaya kepada calon sidi, dapat juga dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang apakah mereka mengetahui makna Sidi/Pengakuan Percaya.
- Menanyakan lima macam pertanyaan yang diajukan dalam pertelaan:
1. Apakah saudara meyakini telah menerima anugerah keselamatan yang ditandai dengan baptisan ketika masih kanak-kanak?
2. Apakah Percaya kepada Allah yang Esa yang menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus menurut kesaksian Alkitab?
3. Apakah bersedia memelihara iman dan besaksi serta bertanggung-jawab dalam kehidupan bergereja?
4. Apakah besedia memelihara kekudusa Sakranen, bersekutu dengan jemaat dan meyakini sahadat?
5. Apakah bersedia menerima penggembalaan jika hidupnya menyimpang dari ajaran Alkitab?
- Mendoakan kesanggupan dari calon Baptisan dilanjutkan doa penutup
- Pamitan

d. Perkunjungan Persiapan Peneguhan Nikah dan pemberkatan perkawinan
- Pembukaan dengan menjelaskan maksud kedatangan dan dilanjutkan dengan doa
- Menanyakan apakah sungguh mengajukan permohonan pelayanan Peneguhan Nikah dan Pemberkatan Perkawinan, apakah berdasar keinginan sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
- Meneliti motivasi calon penganten, persiapan administrasi Catatan Sipil, menanyakan sejauh mana Katekisasi Pranikah dilaksanakan.
- Menanyakan jenis liturgy Manten yang akan dipilih, memakai bahasa pengantar apa dan apakah menginginkan pelayanan bidston sebelum pelaksanakan.
- Meneliti “Kemungguhan” calon penganten dengan menanyakan apakah mereka sudah jatuh dalam dosa melanggar hukum ke-7 ataukah belum.
- Mendoakan Calon Pengantin dan keluarga
- Pamitan
Catatan:
- Sangat baik apabila pada saat perkunjungan kedua mempelai didampingi oleh orang tuanya.
- Apabila ditemukan ada pasangan calon pengantin yang sudah jatuh ke dalam dosa, sesegera mungkin pengunjung melaporkan kepada majelis harian agar segera dapat ditangani secepatnya.
e. Perkunjungan persiapan penerimaan pertobatan
- Pembukaan dengan menjelaskan maksud kedatangan dan dilanjutkan dengan doa
- Menanyakan apakah sungguh mengajukan permohonan pelayanan Pertobatan, apakah berdasar keinginan sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
- Meneliti dengan pertanyaan: 1. apakah ybs mengakui dosanya serta dengan tulus menyesali dosa tersebut, dan kemudian ingin menyatakan pertobatan 2. apakah ybs meyakini bahwa Tuhan Allah berkenan menerima pertobatannya serta mengakui bahwa GKJ di sini merupakan alat-Nya untuk menyatakan penerimaan atas pertobatan tersebut 3. Apakah Ybs berjanji untuk hidup suci, menaati kehendak Allah serta menjauhi perbuatan dosa 4. apakah Ybs bersedia dengan senang hati menerima segala bentuk penggembalaan berdasarkan Alkitab.
- Mendoakan warga tersebut
- Pamitan
f. Perkunjungan penanjihan calon anggota Majelis
- Pembukaan dengan menjelaskan maksud kedatangan dan dilanjutkan dengan doa
- Menyerahkan surat panggilan dari Majelis GKJ Boyolali
- Memotivasi dengan membacakan Firman Tuhan terambil dari I Petrus 5:2-3 dan pambereg untuk kesediaan ybs.
- Mengingatkan tentang tanggal batas waktu jawaban kepada Majelis GKJ Boyolali
- Mendoakan warga tersebut
- Pamitan

2. Tugas keseharian sebagai anggota Majelis
Pada Prinsipnya tugas keseharian anggota Majelis erat dengan tugas utama yang melekat pada jabatan kemajelisan:
a. Pendeta dalam kaitan tentang pengajaran Gereja
b. Penatua dalam kaitan dengan Pemerintahan Gereja(wibawa Gereja secara Rohani)
c. Diaken dalam kaitannya dengan penanganan kesejahteraan jemaat dan masyarakat secara jasmani
Diluar itu sebenarnya ada pelayanan anggota Majelis dalam keseharian diluar sidang:
a. Mendampingi Pengurus kelompok dan pepanthan
b. Mendampingi badan-badan pembantu majelis yang ditugaskan kepadanya
c. Menjadi komunikator antara jemaat dengan pejabat gerejawi lainnya.
- menampung permasalahan/situasi yang sungguhpun bukan dalam kewenangan jabatannya
- menyampaikan permasalahan/situasi tewrsebut kepada pejabat yang bersangkutan
- penyampaian dapat informal keseharian, atau kalau perlu disampaikan kepada persidangan
d. Membantu jemaat yang akan mengadakan bidston:
- Mencari informasi/mengunjungi serta kalau perlu memberikan masukan kepada jemaat yang akan mengadakan bidston
- Mendata hari, tanggal, jam, serta keperluan bidston
- Mengkomunikasikan pengorganisasian jemaat kepada pengurus kelompok/pepanthan
- Menjembatani komunikasi jemaat dengan pembawa bidston yang diinginkan
e. Membantu jemaat yang membutuhkan penanganan pastoral
- dengar-dengaran dan tanggap akan permasalahan anggota jemaat
- menganalisa apakah permasalahan tersebut masuk dalam katagori pastoral psikologi ataukan pastoral hukum gereja(pamerdi)
- membawa/mengkolsutasikan masalah tersebut lepada pendeta untuk turut memikirkan katagori permasalahan
- turut terlibat dalam penanganan masalah apabila diperlukan
f. Mendampingi jemaat yang akan punya kerja yang berkaitan dengan gereja
- Sebaiknya anggota majelis dilibatkan dalam kepanitiaan jemaat yang akan punya kerja yang melibatkan gereja(pernikahan, pertunangan atau yang lain)
- Anggota majelis berfungsi sebagai komunikator antara jemaat dengan persidangan majelis

PERSONALIA MAJELIS HARIAN

GEREJA KRISTEN JAWA BOYOLALI
Dalam Persekutuan Gereja-gereja di Idonesia
Jl. Pahlawan 60 Boyolali, 0276 321696
http://www.gkjboyolali.blogspot.com/




PERSONALIA MAJELIS HARIAN
GKJ BOYOLALI


KETUA I : PDT. SIMON JULIANTO, S.TH, M.SI
KETUA II : PNT. SOEKIDI, BIE
KETUA III : PNT. WASINO GRASIA, S.PD

SEKRETARIS I : DKN. BUDIANTO H.W., S.PD
SEKRETARIS II : DKN. AT. AGUS RIYANTO, S.PD

BENDAHARA I : DKN. NASIB, SE
BENDAHARA II : PNT. BASWARDI

BIDANG KEESAAN:
KETUA BIDANG : PNT. DRA. KRISTIANA KARYAWATI
SEKRETARIS BIDANG : DKN. MENIK WAHYUDI

BIDANG PWG
KETUA BIDANG : PNT. KASMANTO H.P.
SEKRETARIS BIDANG : DKN. UNTUNG SETIASA BAYU PURNAMA

BIDANG PELAYANAN :
KETUA BIDANG : PNT. DRS. SUSANTO BAMBANG HARTONO
SEKRETARIS BIDANG : DKN. DJOKO SUDIANTO

BIDANG PENATALAYANAN:
KETUA BIDANG : DKN. SUDIARTO, S.PD
SEKRETARIS BIDANG : DKN. NASIB, SE

BIDANG KESAKSIAN :
KETUA BIDANG : PNT. MARTINUS HORMAN, SM.HK
SEKRETARIS BIDANG : DKN. ATMADI PURNOMO

BIDANG PEMBANGUNAN:
KETUA BIDANG : PNT. DRS. SOELISTIYARSO, SH, MH
SEKRETARIS BIDANG : DKN. DRS. AGUS PRATIKNO

Minggu, 17 Mei 2009

PASKAH ANAK GKJ BOYOLALI








PERAYAAN PASKAH ANAK GKJ BOYOLALI
Hari minggu, 17 Mei 2009 menjadi hari istimewa bagi warga GKJ boyolali,baik warga tua maupun muda. Pada kebaktian pagi pk. 07.00 serta kebaktian siang pk. 09.00 warga boleh penerima pemeliharaan iman dariTuhan Yesus berupa Sakramen Perjamuan Kudus. Pak pendeta Simon secara marathon melayani Perjamuan Kudus di dua kebaktian tersebut secara berturut-turut.
Tetapi ternyata kesukacitaan bukan miliknya warga dewasa saja, hari ini Komisi Pelayanan Anak menyelenggarakan Paskah Anak GKJ Boyolali. Tidak tanggung-tanggung.. mereka mendatangkan tim Panggung Boneka dari GUPDI (Gereja Utusan Pantekosta Indonesia) Solo. Edaran dari PLN yang mengingatkan bahwa hari ini pk. 09.00-15.00 akan terjadi pemadaman listrikuntuk wilayah kelurahan Pulisen dan Siswodipuran (dimana GKJ Boyolali terletak) tidak menyurutkan rencana ini. Ketika tepat pukul 09.00 listrik mati (membuat majelis dan pendeta mengeluarkan ekstra tenaga pada saat kebaktian siang), komisi pelayanan anak segera menyewa Genset: biar anjing menggonggong… eh biar listrik oglangan Paskah anak GKJ Boyolali tetap berlangsung.
Jumlah anak SM yang diperkirakan hadir sekitar 80an anak, tetapi biasanya lebih karena satu anak dikawal oleh orang tuanya masing-masing. He he jadi bertanya sendiri yang pengin nonton panggung boneka sebenarnya anaknya ato orang tuanya sich?? Ya barangkali dua-duanya; karena waktu orang tua Sekolah Minggu dulu belum pernah melihat Panggung boneka. Terlihat kehadiran anak didominasi anak-anak yang berasal dariboyolali, pepanthan Paras serta pepanthan Selo.
Acara yang disusun dalamn Paskah anak cukup meriah, apalagi kakak-kakak pengasuh sengaja mengulur-ulur waktu dengan selalu mengajak menyanyi dan bermain. Padahal anak-anak sudah tidak sabar menunggu pertunjukan inti yaitu panggung boneka. Setiap kali diajak nyanyi, anak-anak selalu nyeletuk “kapan Panggung Bonekanya??”… akhirnya tiba juga waktunya panggung boneka, tim GUPDI yang dipimpin mbak Ninik membawakan cerita anak yang suka berbohong dan mencuri, anak tersebut akhirnya merasakan hukuman Tuhan serta bertobat. Adapun ayat hafalan yang diwajibkan untuk anak-anak GKJ Boyolali pada Panggung Boneka kali ini adalah Yoh 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Menarik memperhatikan polah tingkah anak-anak tersebut. Mereka sangat lucu dan spontan. Ketika mereka tidak sabar untuk segera melihat pertunjukan Panggung Boneka.. mereka protes, tetapi pas panggung boneka dimunculkan.. ehada yang menangis ketakutan. Yach namanya juga anak-anak, meskipun takut mereka tetep melihat.. minta digendong sembari matanya tidak lepas daripertunjukan. Sekali-sekali menutup mata untuk mengurangi ketakutan. Selamat PASKAH anak anak.

Sabtu, 16 Mei 2009

PENDETA DAN KELUARGA

Aku orang yang beruntung karena dapat melayani Tuhan di gerejaNya, yaitu di GKJ Boyolali. Gereja yang terletak di kaki gunung Merapi dan Merbabu. Namaku Simon Julianto, asli cah Sukoharjo.. Solo ke selatan. Ibuku warga GKJ militant bernama Siti Aminah, beliau motivator utamaku menjadi pendeta, melalui ibu aku boleh tumbuh menjadi orang yang takut akan Kristus. Sementara bapakku adalah Soetarno Adiprajitno, bapak adalah pensiunan guru SPG Sukoharjo.. periang sekaligus pemarah. Karakter yang membingungkan, syukur aku banyak mewarisi periangnya.. he he.
Istriku bernama Juni Jermiyati, perawan asli Boyolali yang kunikahi pada 19 September 1998. Kata orang kalau jadi pendeta jangan ambil jemaat sebagai istri/suami.. nanti susah menempatkan diri... ternyata tidak terbukti pada kami, yach karena ndambleg saja. Perkawinan kami dikaruniai anak.. permata kami semata wayang "Harari Netanya Theon" yang lahir pada 14 Juli 2000, anak millenium katanya. Saat ini kami menempati rumah pemberian Kristusdi Perum. Griya pulisen, Boyolali.
GKJ Boyolali mengenalku sejak 18 Pebruari 1996, melalui perkenalan kotbah perdana di Gedung Jl. Pahlawan 60... eh pertengahan Maret 1996 diminta orientasi.. lanjut pilihan bulan Juli. Waktu itu setelah terpilih harus nunggu sidang Klasis Reguler bulan Pebruari 1997 menyetujui dibimbing. Akhirnya paremtoar pada Sidang Reguler Klasis Kartasura januari 1998. Yach setelah lulus pada bulan Mei tepatnya tanggal 30 tahun 1998 GKJ Boyolali menahbiskan aku sebagai pendeta jemaat.
Tak terasa sudah 13 tahun aku di GKJ Boyolali, Banyak jemaat yang sudah kukenal.. tapi banyak juga yang belum.. he he golongan pendhito gak gatekan. tetapi memang penekanan pelayananku lebih banyak pada penataan pengajaran serta penatalayanan. lima tahun pertama yang kulakukan adalah perluasan jaringan lokal GKJ Boyolali. mengapa..? karena selama aku orientasi Jaringan lokal gereja sangat terbatas, dikenal karena kebetulan banyakpejabat yang adalah warga gereja... tetapi suatu saat kan mereka pensiun, siapa link yang akan dipakai? maka gereja harus membuktikan diri tampil PD tanpa tergantung pada person-person tertentu. Itulah yang menyebabkan tahun-tahun pertamaku banyak perhatian keluar yang aku tekankan. bukannya tanpa resiko, biasa... warga dha ngrasani penditane ora sregep, kakehan metu. yach tidak apa.. wong mereka tidak tahu apa yang mereka katakan (Lho kok melu-melu Gusti Yesus). Tetapi alhasil sekarang mereka pada tahu bagaimana link yang terbangun akibat "banyak keluar" saat ini menjadi fondasi yang kuat bagi establisnya GKJ Boyolali berhadapan dengan pihak manapun. GKJ Boyolali dapat bergaul baik dengan agama manapun, bukan karena takut, tetapi karena merasa sejajar.
Mungkin judheg dengan kendableganku maka warga gereja lama-lama dapat menerima aku apa adanya. Mereka membolehkan aku kuliah lagi di PPSA Satya Wacana, molor malah tapi akhirnya lulus pada pertengahan tahun 2008.. puji Gusti ternyata ora ngisin-isini lulus dengan predikat Magna Cumlaude. Tesis yang kuusung adalah "Dialog Praksis Agama" dengan basis penelitian komunitas umat beragama yang turut kubangun sejak tahun 1998 yaitu LBKUB (lembaga Bhakti Umat Beragama).
Sungguhpun saat ini aku belum optimal melayani pasamuwane GUSTI di GKJ Boyolali, tapi ada satu hal yang tidak pernah disangka oleh sebagian besar warga.. Aku betah di GKJ Boyolali, aku cinta GKJ Boyolali. Jadi sampai saat ini tidak terbersitpun dalam benak untuk alih pelayanan ke gereja lain. Aku tidak tahu ini keberuntungan atau ketidakberuntungan bagi warga GKJ Boyolali. Rahasia Kristus

RENSTRA GKJ BOYOLALI

PENGANTAR RENSTRA GKJ BOYOLALI

Gereja Kristen Jawa Boyolali adalah bagian dari Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa, suatu sinode yang telah berusia 78 tahun. Sebagai bagian integral sinode GKJ, GKJ Boyolali juga mengalami proses perkembangan bersama dengan 283 GKJ lainnya mengarungi sejarah, bersikap dan bertindak sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam kebersamaan tersebut GKJ Boyolali juga melakukan pergumulan-pergumulan gereja pada aras sinodal maupun Klasikal. Oleh karena itu apa yang terjadi pada aras sinodal maupun Klasikal sangat mempengaruhi pelayanan GKJ Boyolali.
Sungguhpun demikian Tata Gereja dan Tata Laksana Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa juga menekankan asas Presbiterial; suatu asas yang mengakui Majelis setempat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam mengejawantahkan Imamat Am orang percaya. Asas ini menjamin suatu gereja setempat untuk merancang arah dan pola pelayanannya agar dapat menjawab tantangan lokal, tentu saja dalam roh kebersamaan gereja-gereja sesinode.
Sebagaimana diketahui pada tanggal 16-21 November 2006 Sinode GKJ telah melakukan persidangannya yang ke-24; dalam persidangan tersebut telah diputuskan perubahan struktur kepemimpinan Sinode: perubahan dari pola deputat jamak menjadi deputat tunggal dengan nama Badan Pelaksana Sinode(Bapelsin). Demikian Pula Sidang Klasis Kartasura XXX telah merubah pola pelayanannya menjadi deputat tunggal dengan nama Badan pelayanan Klasis. Perubahan-perubahan ini dilakukan dalam rangka mengemban amanat Sidang Sinode Non Reguler di Bandungan tahun 2005 yang menetapkan berlakunya Pokok-Pokok Ajaran Gereja edisi 2005, Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ, serta Pertelaan GKJ. Belum lagi pada aras Klasis Kartasura; pada 19 Maret 2007 akan melaksanakan Sidang Klasis Kartasura XXI yang membicarakan pengesahan pembiakan Klasis menjadi Klasis Kartasura dan Klasis Boyolali. Dalam rancangan yang telah disiapkan juga akan dibicarakan bahwa GKJ Boyolali adalah Pusat Pelayanan/sekretariat Klasis Boyolali. Semua perubahan pada aras Sinodal maupun Klasikal adalah untuk menjawab tantangan percepatan perubahan dunia (ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pengetahuan daan lainnya) yang sangat pesat
Dalam Aras Lokal GKJ Boyolali juga terpanggil untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut diatas. Oleh Karena itu sejak tahun 2006 majelis gereja dibantu oleh Tim program Gereja menyusun suatu rancangan program Gereja Kristen Jawa Boyolali. Penyusunan program yang dilaksanakan sedapat mungkin menggunakan metode yang telah dibakukan dalam teologia Pembangunan Jemaat. Sejak pertengahan tahun 2006 tim dan Majelis GKJ Boyolali mencari masukan dan kritik dari warga gereja, melakukan proses verifikasi data dan kemudian melakukan analisa. Atas berkat rahmat Tuhan Yesus sajalah maka program GKJ Boyolali telah tertuang dalam Renstra GKJ Boyolali tahun 2007-2009. Semua yang yang disusun adalah jabaran dari Visi dan Misi GKJ Boyolali yang telah ditetapkan oleh Majelis GKJ Boyolali. Adapun Visi dan Misi GKJ Boyolali adalah:
Visi: Terwujudnya Kesempurnaan keselamatan manusia melalui pulihnya hubungan yang benar antara Allah dengan manusia dan sesamanya
Misi:
Melaksanakan pertobatan seutuhnya
Mewujudkan kehidupan yang bersuka cita dalam pengharapan
Mengembangkan kemandirian dan kebersamaan jemaat GKJ Boyolali
Turut mewujudkan masyarakat Boyolali yang sejahtera

Program sejak tahun 2007 yang dipaparkan oleh Majelis beserta dengan badan-badan pembantu Majelis adalah bagian dari Renstra GKJ Boyolali. Dengan demikian sesungguhnya mulai tahun 2007 GKJ Boyolali telah mencanangkan diri sebagai gereja yang berprogram. Perubahan mendasar tahun 2007 yang mungkin perlu diketahui jemaat adalah:

1. Majelis telah merubah Penataan organisasi pelayanan Majelis dengan membagi Bidang-Bidang Kemajelisan, badan-badan pembantu Majelis menjadi ada 6 bidang yaitu :
1.1.1. Bidang Keesaan, membawahi Komisi Ibadah, Komisi PAK/Pendidikan
1.1.2. Bidang PWG, membawahi Komisi pengkaderan, Komisi Hukum Politik , Kepanitiaan MPDK-MPHB-MPAN, TIM penjemaatan
1.1.3. Bidang Pelayanan membawahi Komisi Pralenan, Komisi Adiyuswa, Komisi Seni Budaya & Komunikasi Masa
1.1.4. Bidang Kesaksian, membawahi : KomisiWarga Dewasa ( Sub Komisi Bapak2 dan Sub Komisi Ibu-Ibu , Sub Komisi Keluarga Muda), Komisi Pemuda dan Remaja, Komisi Anak
1.1.5. Bidang Kehartakan menjadi Penatalayanan membawahi : Komisi Rumah Tangga (leburan dari urusan Inventaris ). Komisi Pengembangan Ekonomi Jemaat
1.1.6. Bidang Pembangunan. Membawahi Panitia Pemeliharaan dan Renovasi Gedung Gereja
Diluar Badan-Badan Pembantu Majelis tersebut Diatas juga dibentuk Tim Verifikasi yang langsung berada dibawah Ketua majelis
2. Pelantikan Badan-Badan Pembantu Majelis teraebut pada tanggal 14 januari 2007. Dalam menjalankan tugasnya para Badan Pembantu Majelis telah mendapatkan uraian Job Discription yang jelas Perubahan mendasar ini adalah jawaban awal GKJ Boyolali terhadap pergumulan-pergumulan lokal. Tentu saja perubahan ini akan menarik hidup bergereja pada konsekuensi pelayanan yang lebih optimal. Baik pelayanan yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif; rohani maupun jasmani. Kita mendapati adanya sentuhan-sentuhan pelayanan yang selama ini dianggap tabu dalam kehidupan bergereja seperti urusan Ekonomi jemaat oleh KPEJ, atau urusan hukum dan politik oleh Komisi Hukum dan Politik. Kita juga melihat bahwa ada komisi yang secara khusus menangani pengkaderan guna menjawab tantangan lemahnya proses kaderisasi dan regenerasi GKJ Boyolali. Pada ranah kebaktian jemaat kita mendapati sentuhan Komisi Ibadah. Dalam rangka menyambut Klasis Boyolali dan semakin banyaknya kegiatan yang membutuhkan sarana dan prasarana yang semakin lengkap, telah terbentuk Panitia Pemeliharaan dan Renovasi Gedung Gereja. Semua bentuk pelayanan yang semakin banyak dan luas ini membutuhkan sarana dan prasarana pendukung, Majelis membentuk Komisi Rumah Tangga untuk mengurusnya. Dan mungkin ada banyak lagi perubahan yang dilakukan dalam pelayanan mendatang. Tentu saja dalam melakukan semua program, Seluruh jemaat diharapkan mendapat bagian dari pelayanan yang semakin luas.

SEJARAH GKJ BOYOLALI

SEJARAH SINGKAT GKJ BOYOLALI

Latar Belakang[1]

A. Penyebaran Injil masuk Boyolali Selatan Timur
Pada tahun 1920 di Slanggen, desa Ngaru-aru Kecamatan Banyudono sudah ada beberapa orang Kristen Kerasulan, yang di bawa oleh seorang pengikut Kyai Sadrah dari Purwosari Kerten. Karena Mbah Ranudikromo (yang adalah tokoh setempat) sedang sakit keras dan dapat disembuhkan dengan darah Kristus lewat orang-orang Kristen kerasulan, sejak saat itulah pada tahun 1942 di Slanggen ada gereja Kristen Kerasulan yang berstatus Pepantan.
Pada tahun 1925 di Pengging didirikan sekolah rakyat dan balai pengobatan Zending. Pada tahun 1927 di Pengging berdiri Gereja Kristen Jawa yang juga berstatus pepantan.


B. Penyebaran Injil masuk Boyolali Utara Timur
Pada tahun1925 dalam rangka memperingati hari raya Pentakosta, dari GKJ Margoyudan Solo mengadakan kegiatan PI di pedesaan yang di pimpin oleh dr. H A van Andel dan Bpk Yerubeam yang adalah guru injil. Salah satu desa di kecamatan Nogosari yakni desa Bendo terkena jamahan PI. PI ini ternyata terus berlanjut dengan ikut sertanya jemaat dari daerah Boyolali mengikuti kebaktian di GKJ Margoyudan Solo, meskipun harus bermalam untuk dapat mengikuti ibadah minggu pagi di Solo. Dengan bertambahnya orang percaya dari desa sekitarnya, yakni ; dari Plaur dan Cengklik, maka diselenggarakan kebaktian sendiri yang dilayani oleh guru injil Bpk Yerubeam bertempat di Jenalas.
Pada tahun 1926 di Sambi dibuka Sekolah Rakyat dan Balai Pengobatan Zending. Dengan adanya SR dan BP Zending ini, maka PI semangkin maju dan warga Kristen semakin bertambah.
Pada tahun yang sama di Simo dibuka perkebunan rakyat oleh Zending, tempatnya di dukuh Karangjati, Simo. Ternyata di Karangjati ini juga sudah ada yang telah menerima Injil yaitu orang tua dari sesepuh di Simo yaitu Bpk Atmopurwono.
Pepantan Slanggen, Plaur, dan Pengging pada waktu itu adalah di bawah pembinaan GKJ Margoyudan.


Kegiatan PI yang dilakukan Zending dan perkembangannya:
Sekolah Rakyat Zending, yang berada di Sambi. Pada tahun 1955 didirikan SD Kristen Plaur.
Badan Pengobatan Zending di Sambi, dalam perkembangannya usaha ini dilakukan dengan cara pengobatan gratis yang dilakukan sebelum ataupun sesudah kebaktian minggu. Hal ini sangat berpengaruh bagi keluasan Kerajaan Allah di Plaur dan sekitarnya. Oleh Bpk Atmopurwono akhirnya di Simo dapat di buka BP Kristen dengan mantri Bpk Atmopurwono, dan kini tumbuh menjadi BP Kristen “Sari Waras II” milik Yakkum bertempat di Kedunglengkong Simo.
Orang Kristen yang duduk dalam DPRD GR pada waktu itu juga turut berjasa dalam perluasan Kerajaan Allah di lingkungan Boyolali
a. R Atmosudargo : tahun 1960-1964
b. SH Sularno : tahun 1965-1971

Perkembangan Gereja
Pada tahun 1939 Bpk R Atmosudargo diangkat sebagai guru injil di Boyolali dengan tugas: melakukan PI di kota dan sekitarnya.yang di harapkan dapat menjadi gereja induk GKJ di Boyolali. Namun karena perkembangannya sangat lambat, maka pada tahun 1949 Bpk R Atmosudargo justru banyak bertugas di Pengging dan Plaur, dan pada tahun itu juga beliau diangkat menjadi Lurah di Pulisen dengan demikian status sebagai guru injil ditinggalkan, namun misinya untuk mengabarkan Injil tetap membara.
Baru pada tahun 1953 karena berkat Tuhan Yesus Kristus d Boyolali dapat dirintis dan dimulai dengan adanya kebaktian minggu pertama, meskipun baru ada beberapa keluarga Kristen. Kebaktian bertempat di rumah Bpk R Atmosudargo di Singoranon Kel. Pulisen, Boyolali Kota. Mulai tahun 1954 Boyolali mendapatkan 3 orang guru injil yakni:
Bpk SY Sudarno untuk Boyolali
Bpk B Sumarto Untuk Plaur
Bpk Martosuhardjo untuk Slanggen dan Pengging
Mulai saat itu rapat-rapat kemajelisan sudah dapat dilakukan, dan formalnya baru pada tahun 1955 pepantan : Slanggen, Plaur, Pengging dan Boyolali menyatu dalam satu kemajelisan, dibawah pembinaan Klasis Surakarta yang di tangani oleh pendeta utusan atau konsulen.
Pendeta utusan atau konsulen yang pernah bertugas dalam persiapan GKJ Boyolali adalah : Bpk D Reksodarmodjo, Bpk R S Purwowidagdo, Bpk Hadisewoyo. Sedangkan khusus untuk Boyolali Kota dengan bertambahnya warga maka tempat kebaktian mulai tahun 1957 di pindahkan di rumah Bpk Suroso Yosomartono sebelah barat SMP 1 Boyolali dan tahun 1962 telah mulai menempati gereja sendiri di jalan Pahlawan. Pembangunan gereja di jalan Pahlawan ini tanahnya adalah pemberian dari Pemerintah Daerah, sedangkan modal pembangunan di dapat dari Klasis Surakarta. Pada tahun 1987 dilakukan rehab total atas bangunan gedung gereja ini karena kondisi bangunan yang sudah terlalu tua. Dana pembangunannya antara lain didapat dari : Bpk Radius Prawiro, Pemda TK I, Pemda TK II Boyolali yang disampaikan oleh Bpk Bupati Moh Hasbi pada tahun 1988. Juga satu hal yang tidak dapat dilupakan dengan perkembangan gereja ini, ialah pemerintah Kab Boyolali secara khusus memberikan tanah untuk makam Kristen dan Katolik di sebelah timur makam umum di Sasonolayu Boyolali.

Pengembangan Pepantan sebagai langkah awal persiapan pendewasaan gereja :
1. Pepantan Boyolali ditetapkan sebagai gereja induk, dengan sesepuh ; R Atmosudargo. Suroso Yosomartono, S Priyosutirto.
2. Pepantan Slanggen dengan sesepuh : Somaprawiro, Imandimedjo.
3. Pepantan Pengging dengan sesepuh ; Mbah Hardjosetomo, S Marsudiraharjo.
4. Pepantan Plaur dengan sesepuh ; Pawiridihardjo, Citrosuwiro.

A. Pendewasaan GKJ Boyolali.
1. Hari Sabtu Wage tanggal 18 Juli 1957, adalah hari dimana GKJ Boyolali ditetapkan dan diresmikan menjadi hari jadi GKJ Boyolali, bertempat di gedung gereja Slanggen, Banyudono. Hal ini telah tercatat pada akte sinode GKJ Jawa Tengah. Pada waktu peresmian berdirinya,GKJ Boyolali meliputi pepantan:
1.1 Slanggen desa Ngaru-ngaru Kec Bayudono
1.2 Plaur desa Kepoh Kec Sambi
1.3 Pengging desa Dukuh Kec Bayudono
1.4 Boyolali Kota

2. Adapun anggota mejelis GKJ Boyolali waktu diresmikan adalah, antara lain ;
2.1 R Atmosudargo
2.2 S Martsudirahardjo
2.3 Martosudiraardjo
2.4 Ardjosetomo
2.5 Somapawiro
2.6 Imandimedjo
2.7 Pawirodihardjo
2.8 Tjitrosuwiryo

3. Adapun guru injil terdapat 3 orang, antara lain :
3.1 B Sumarto
3.2 S Y Sudarno
3.3 Martosuhardjo

4. Karena pada waktu di resmikan GKJ Boyolali menjadi dewasa belum memiliki pendeta sendiri maka pelayanan dilakukan dengan pendeta utusan yaitu Bpk Pendeta R S Purwowidagdo.
B. Perkembangan Sesudah Pendewasaan
Perkembangan Pepantan sejak tahun 1957 sampai dengan tahun 1965.
1.1 Ampel Sesepuh Bp Radiyanto
1.2 Musuk Sesepuh Bp Sunarno
1.3 Cepogo Sesepuh Bp Sastrodirahardjo
1.4 Selo Sesepuh Bp Sastrosudarmo
1.5 Paras Sesepuh Bp Pardjan SA BA
1.6 Berdug Sesepuh Bp Margono
1.7 Simo Sesepuh Bp Atmopurwono
1.8 Penggung Sesepuh Bp Darmo Lukas
1.9 Gunung Puyuh Sesepuh Bp Suwarto dan Hutomo BA

2. Pendeta
Pada saat itu ada dua calon pendeta yang akan melayani GKJ Boyolali, diantaranya : Bpk B Smarto yang adalah guru Injil, sedangkan yang kedua adalah Bpk Sudaryono. Setelah dilakukan pemilihan, maka Bpk Sudaryono yang terpilih menjadi Pendeta Jemaat bagi GKJ Boyolali untuk yang pertama pada tanggal 30 Mei 1966. dengan ditahbiskannya Bpk Sudaryono sebagai Pendeta Jemaat GKJ Boyolali, maka dengan demikian GKJ Boyolaliberstatus “dewasa penuh”.

3. Pengembangan Pendewasaan
Dalam perjalanannya menuju gereja yang “dewasa penuh”, maka GKJ Boyolali juga mengalami perkembangan.
a. GKJ Simo tahun 1968 yang meliputi pepantan ; Sima, Penggung, Plaur, Gunung Puyuh, Karanggede (penyerahan dari GKJ Manahan, Solo), Andong (penyerahan dari GKJ Margoyudan, Solo). Pada tahun1981 GKJ Simo dapat dimampukan oleh kuasa Kepala Gereja untuk berkembangmenjadi dua gereja yang dewasa, yaitu : GKJ Simo (meliputi :Simo, Karanggede, dan Andong) dan GKJ Plaur (meliputi : Penggung, Plaur, dan Gunungpuyuh).
b. GKJ Pengging tahun 1972 meliputi pepanta : Slanggen dan Pengging
c. GKJ Boyolali sendiri mengalami perkemangan yang sangat berarti, baik dilihat dari jumlah warga mupun jangkauan pelayanannya. Yang meliputi : Selo, Cepogo, Paras, Ampel, Berdug, Kenteng, Boyolali, Teras, Musuk, Jemowo, Sangen
Sejak menjadi gereja dewasa secara penuh, sampai saat ini GKJ Boyolali telah memasuki usia yang ke 48 tahun, tepatnya pada 18 Juli. Dalam kedewasaannya GKJ Boyolali terus meningkatkan pelayanannya baik kedalam maupun keluar. Pada tanggal 25 Juli 2002 GKJ Boyolali, telah mendewasakan tiga pepanthannya. Ketiga pepantan itu adalah : Ampel, Berdug, dan Kenteng, yang melebur menjadi satu dengan induknya yaitu GKJ Ampel. Sehingga sekarang ini GKJ Boyolali melayani 8 pepatan. GKJ Boyolali pada saat ini di layani oleh seorang pendeta yang aktif, yaitu Pdt. Simon Julianto STh, yang pada tahun 1998 di tahbiskan menjadi pendeta GKJ Boyolali yang ke dua, sedangkan Bpk Pdt Sudaryono sudsah memasuki masa emeritus pada tahun 1999 yang lalu. Di dalam data statistik yang ada perkembangan warga gereja GKJ Boyolali sebagai berikut :
[1] Sejarah GKJ Boyolali, pada peringatanhari jadi GKJ Boyolali yang ke 38 18 Juli 1995. merupakan sumber sekunder yang didapat dari lapoarn stage Mahasiswa tahun 2003.

Kamis, 14 Mei 2009

TEMUAN TIM PENELUSURAN SEJARAH GKJ BOYOLALI

TEMUAN-TEMUAN TIM PENELUSURAN SEJARAH GKJ BOYOLALI
Tidak terasa saat ini kita tengah memasuki pertengahan tahun 2009, pastilah gawe besar kami adalah mangayubagya HUT ke-52 tahun GKJ Boyolali. Ditengah persiapan tersebut teringat bahwa impian menyusun Sejarah gereja tercinta pada saat ini terbengkelai... biasa, tim sejarah sedang bingung dengan bentuk pelayanan yang lain serta sedang "merenung" atas temuan-temuan yang heboh dan dapat merubah sejarah yang selama ini ada. Ok.. sembari menunggu permenungan tim rampung, berikut disampaikan hasil temuan pada
rapat hari Jumat, 21 Juli 2006 pk. 19.00 di rumah Bp. Drs. Joko Yarmanto

I. SUMBER-SUMBER VERBAL
a. Pdt. Em Sudaryono: meyakini pernah membaca dalam kantor arsip sinode GKJ bahwa pendewasaan GKJ Boyolali adalah tanggal 18 Juli 1957. Beliau masih belum mengetahui Gereja yang mendewasakan, dugaan beliau GKJ Kartasura adalah gereja yang mendewasakan GKJ Boyolali.
b. Pdt. Em. Notodriyo: Meyakini bahwa pada saat sebelum beliau di Klaten sekitar tahun 1951 GKJ Boyolali sudah dewasa(hasil wawancara dengan beliau pada Minggu, 26 Maret 2006).
c. Bp. Sumardi: tidak pernah ada catatan sinode maupun Klasis tentang pendewasaan GKJ Boyolali (wawancara dengan beliau di Salib Putih 20 Desember 2005)
II. ARSIP RESMI/DOKUMEN GEREJAWI
ARSIP SINODE GKJ
1. Acta Synode Geredja-Geredja Kristen Djawa Tengah VI, tanggal 24-28 Nopember 1958: artikel 70 di Kebumen:
PAWARTOS SAKING KLASIS SURAKARTA
Adedasar pawartos saking klasis Surakarta bab:
a. timbalan pamulang pasamuwan Wonogiri
b.lerehipun sdr. S. Dwidjowijono saking kalenggahanipun
synode sampun ngawuningani prekawis-prekawis punika.
Adedasar lapuranipun Deputaat Patuwen Synode ngabsahaken tumangkaripun Klasis Surakarta dados kalih inggih punika:
Klasis Surakarta Wetan ingkang dumados saking pasamuwan-pasamuwan:
1.Margoyudan 4. Wonogiri 7 Gondang(Kedungbanteng)
2.Djayadiningratan 5. Wurjantoro 8. Sragen
3.Kepuh 6. Slogohimo 9. Karanganjar
Klasis Surakarta Kilen ingkang dumados saking pasamuwan-pasamuwan:
1.Manahan 4. Dlanggu 7. Prambanan
2.Kartosura 5. Pedan 8. Watusigar
3.Bojolali 6. Klaten

Dari akta sinode VI ini dapat dipastikan bahwa jelas GKJ Boyolali sudah dewasa sebelum tanggal 24 Nopember 1958.

2. Akta Sinode GKD ke III(tiga): tanggal: 24-28 September 1951 di Salatiga (Lampiran III acta art.32: lapuranipun Seksi I tumrap pangrembagipun lapuranipun deputat Patuwen) bab 4. Kawontenaning Klasis setunggal-setunggalipun:
f. Klasis Surakarta
Kawontenaning pasamuwan2 ing Klasis Surakarta radin2 sae. Kedjawi Pasamuwan Bojolali ingkang neda kawigatosan. Betah pembangun
Ing antawisipun Klasis Surakarta tuwin Jogyakarta sampunkawontenaken pirembagan bab timbalan Pendita saking tlatah Jogyakarta dateng tlatah sanes. Umpami tumindakipun kedah ngentosi -+ 6wulan.
Usulipun juru tetuwi dateng sinode: prakawis punika dadosa antjer2 ing tlatah sinode saumumipun. Ing ngriki seksi ngijataken usul punika
Pamrajogi dateng Djuru tetuwi saking seksi: menawi wonten prakawis ingkang kirang prajogi (dados sandungan) prajogi mboten sisah kalebetaken ing palapuran.
Dari akta sidang sinode GKD III ini diketahui bahwa GKJ Boyolali sudah ada/ dewasa sebelum tanggal 24 september 1951. Karena yang dilaporkan oleh Deputat Patuwen adalah kondisi gereja-gereja dewasa (bukan kelompok Kristen). Hal ini diperkuat lagi dengan sumber referensi yang berupa kompilasi arsip-arsip sinode yang dibahasaindonesiakan oleh Lembaga Studi dan Pengembangan sinode; khususnya tentang berdirinya jemaat-jemaat tahun 1950-1951 “Laporan para visitator kepada Synode Geredja2 Kristen Djawa Tengah III yang bersidang pada tgl. 24-28 September 1951 di Salatiga” ( Terjemahan dari bahasa Jawa) Kansin nf.proa1.41; Arsip GKJ Wonosari A 1/5/17/173/1951
Pada Halaman 129-130 dalam kompilasi tersebut terdapat keterangan tentang laporan visitator sinode kepada Sidang yang secara khusus menyebutkan bahwa jemaat GKJ Boyolali sedang bermasalah karena guru injilnya mengundurkan diri, jemaat GKJ Boyolali tersebar dalam area pelayanan yang luas terdiri 3 kelompok, jumlah warga yang ada pada saat itu sekitar 299 jiwa.(ini yang agaknya dimaksudkan sebagai saran sidang seksi untuk tidak perlu melaporkan hal yang “kirang prajogi”)
B. ARSIP/DOKUMEN KLASIS SURAKARTA
1. Pengetan parepatan Klasis Surakarta ing nalika tanggal 7-3-2604 manggen ing gredja Manahan wiwit djam 10 indjing.
Para utusan(kawontenanipoen oetoesan):
1. Saking Pas. Kepoeh : Martasoewarna+ Atmaredjoko
2. Saking Pas. Ploepoeh: Darsawijana
3. Saking Pas. Sragen: Boesana
4. Saking Pas. Slagaima: Hardjasoewana+Soemardja
5. Bojolali : Atmasudarga+Martaredja
6. Pedan : Darmasoemarta+Siswahardadja
7. Delanggu: Siswasoemarta+ Imandimedja Hartasoepadma
8. Karanganjar: Jonatan+Prawirosoedarma
9. Djajadiningratan: Atmakirata+Ardjasoedjatna
10. Klaten: Ds. Hardjobremara +Wignjasoebrata
11. Wonogiri: Ds.Mitratenaja+Kartasoerana
12. Gemantar: Ds. Mitratenaja+Djakarja
13. Manahan: Ds. Atmowidjono+Adipranata
14. Prambanan: Atmawidjata
15. Margojoedan: Marwata+Wahjoesapoetra
16. Woerjantara: mboten datang
Catatan Kritis: Pada sidang Klasis tahun 1944( tahun jepang 2604) Boyolali telah mengutus utusan yang agaknya bergabung dengan utusan dari Kartasura, dibuktikan bahwa pada sidang ini tidak terdapat utusan dari kartasura akan tetapi pada notula tentang surat yang harus dibahas(serat ingkang prelu karembag) berurutan ada surat yang ke 8 dan 9 berasal dari kartasura dan Boyolali:
8. Saking Kartasura lapur bilih ing Bojolali madeg Rad pijambak punika sampoen roedjoek.
9. Saking Bojolali Njoewoen pendita bade nimbali sdr. R. Atmosoedarga
Sumber Verbal dari GKJ Kartasura (menyatakan bahwa utusan dari Boyolali tahun tersebut atas nama Bp. Martaredja saat ini masih hidup sebagai warga Jempon GKJ Kartasura dengan usia diatas 90 tahun. Jadi ada kemungkinan bahwa antara GKJ Boyolali dan GKJ Kartasura pernah menjadi satu( menguatkan dugaan Pdt. Em Sudaryono tentang siapa yang mendewasakan GKJ Boyolali). Hanya yang hmenjadi ganjalan adalah mengapa yang tertulis pada daftar utusan adalah mereka sebagai utusan Boyolali dan bukan utusan Kartasura?
Adapun keputusan sidang tersebut adalah:
“Panjoewoenan Bojolali sampoen sembada sami roedjoekipoen
Klasis Moetoes: Pas. Bojolali Madeg Radipoen pijambak”
“ngrembag serat2 8+9 saking Kartasura lan Bojolali bab madegipoen Rad pijambak2
ingkang bade netepaken radipoen pijambak pijambak punika adatipoen para pendita
Ds Bremara lan Ds Atmowidjana kawajiban netepaken adegipoen pradata ing Bojolali”
Sehubungan dengan hal tersebut pada tanggal 20 Juli 2006 utusan tim sejarah berkonsultasi dengan Pdt. Edi Trimodoroempoko, S.Th, M.div dalam hal beberapa klarifikasi tentang tahun dan istilah-istilah bahasa belanda. Adapun hasil konsultasi tersebut adalah:
i. Beliau menegaskan bahwa tahun 2604 adalah tahun jepang yang dalam tahun masehi sama dengan tahun 1944.
ii. Istilah “Rad” adalah berasal dari bahasa belanda yang seharusnya “Kerke Rad” yang berarti majelis gereja. Beliau menjelaskan bahwa apabila ada jemaat yang menginginkan “madeg Rad pijambak” identik dengan permohonan untuk dewasa.
iii. Pada tahun-tahun tersebut pendewasaan tidak seperti yang kita bayangkan saat ini, sahnya pendewasaan adalah pada saat diputuskannya/dikabulkannya sebuah jemaat madeg Rad pijambak. Setelah itu baru ada pendeta yang diutus untuk meneguhkan majelis/pradata/rad serta mengumumkan kepada jemaat setempat bahwa jemaat tersebut sudah dewasa. Sangat baik apabila mengetahui kapan kebaktian pengumuman tersebut dilaksanakan; akan tetapi apabila tidak dapat mengetahui maka yang penting adalah subtansi pengumumannya “bahwa pada tanggal sekian dalam sidang … suatu gereja telah dikabulkan mempunyai kemajelisan sendiri” itu adalah hari pendewasaan suatu gereja.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan temuan temuan tersebut diatas baik yang berupa verbal maupun Sumber dokumen resmi gereja sebagai berikut:
1. GKJ Boyolali disahkan sebagai gereja dewasa pada parepatan Klasis Surakarta tanggal 7 maret 2604(1944) di Gereja Manahan antara pukul 10 pagi sampai pukul 15.00. Bp. Sukidi Bie dan Bp. Drs.Susanto Bambang Hartono membantu tim sejarah GKJ Boyolali dengan alat Kalender Abadi: hari yang dimaksudkan tersebut jatuh pada hari “SELASA PON”
2. Ada kecenderungan bahwa yang terjadi adalah pembiakan antara GKJ Boyolali dengan GKJ kartasura(masih harus diteliti!!). Karena ada kemungkinan pada saat Sidang Klasis Surakarta tersebut kedua utusan berasal dari wilayah pelayanan Kartasura dan Boyolali dengan mewakili “Bojolali”. Keduanya sudah sarujuk untuk “madeg Rad pijambak2”. Hal ini harus diteliti/klarifikasi dengan sejarah GKJ Kartasura yang menyebutkan Hari Lahir GKJ Kartasura adalah tahun 1935.
2.Klasis pandadaran tjalon 2 pendita 11 April 1944 manggen ing greja Margajoedan. Djam 9.30-2.00(babagan sepisan) dipun lajengaken babagan II djam 6.00 sonten (Sidang Kontrakta klasis Surakarta-tim)
Babagan sepisan ingkang dipun dadar:
a. Sad. D. Reksadarmadja tjalon pendita Margajoedan
b.Sad. S.Poernahadikawahja tjalon pendita Pedan
Babagan II ingkang dipun dadar:
a. Sad. R. Sarkam tjalon pendita Woerjantara
b.Sad. Hardjasoewarna tjalon pendita Slogohimo
Menarik melihat bahwa pada sidang paremtoar tersebut telah ada utusan Pas. Kartasura dan Pas. Bojolali.
Para oetoesan ingkang nenggani(tim hanya menulis khusus dua utusan tersebut)
3.Pas. Kartasoera 1.Ms.Martaredja Pinisepuh
8.Pas. Bojolali 1. R.Atmasoedarga Pinisepuh
Analisa sementara: Ds. Bremara dan Ds. Atmawidjana telah melaksanakan tugasnya untuk “netepaken adegipun pradata ing Bojolali” antara tanggal 7 Maret 1944 sampai tanggal 11 April 1944. terbukti dengan pada sidang paremtoar 11 April telah ada utusan yang terpisah antara Bojolali dengan Kartasoera(Bahkan sudah dilengkapi dengan keterangan Pas.-->singkatan dari pasamuwan/gereja serta jabatan gerejawi yang melekat pada utusan tersebut)
Rekomendasi: Apabila ingin mengetahui kemungkinan hari kebaktian peneguhan pradata dapat diperkirakan hari-hari minggu antara kedua persidangan tersebut.
3.Pengetan contracta Klasis pendadaran pendita ing Sragen manggen wonten ing gredja Sragen kala tanggal 13-9-2604 wiwit jam 11 siang
Dalam sidang tersebut hanya menghadirkan 6 gereja yaitu Margajoedan, Manahan, Djajadiningratan, Sragen, Klaten dan Pedan. Adapun calon pendeta yang diuji adalah Sdr. Sastrahandaja. Dijelaskan oleh pimpinan siding bahwa” tembung contracta Klasis tegesipoen parepatanipoen Klasis sawatawis. Nanging oegi sampoen kaanggep apsah dining Klasis
Catatan: Hal ini menjawab mengapa pada sidang Kontrakta tersebut tidak ada utusan dari Gereja-gereja lain(termasuk di dalamnya gereja Boyolali)
4.Pengetan parepatan Klasis soerakarta kala tg. 16-2-1945 manggen ing Gredja Klaseman-Klaten. Acta Klasis kaabsahaken ing parepatan Klasis tg. 14-11-1945
Dalam sidang tersebut terdapat dua gereja yang tidak mengirim utusan yaitu Pasamuwan Bojolali dan Pas. Woerjantara.
Pada bagian IV akta tersebut: tentang Maos lan ngabsahaken acta Klasis khususnya c. acta contracta Clasis tg 13-ix-2604 ing Sragen. Ada pertanyaan tentang Bojolali:
Pitakenan: Bab kendelipoen timbalan pendita kangge Bojolali punika sabab saking punapa?
Wangsulan: Miturut Pamrayoginipoen Consulent, sarehne tjalon pendita wau dereng saged njelehaken damelanipun samben supados kasoemenekaken.
Dalam sidang tersebut juga ditetapkan pendeta konsulen untuk Bojolali adalah dari Pedan yaituPdtS.E.Poernahadikawahja
Analisa: Hal ini menjawab pertanyaan mengapa sidang Paremtoar di Sragen hanya terbatas 6 gereja; agaknya karena ada satu calon pendeta yang tidak diproses yaitu calon yang berasal dari gereja Bojolali; dalam sumber verbal yang sering diperbincangkan di GKJ Boyolali saat ini memang Bp. R. Atmasoedarga adalah pegawai kantor sosial(kemungkinan saat itu belum berkenan melepas pekerjaannya tersebut). Pergantian Pendeta konsulen agaknya untuk menyejukkan suasana di Boyolali.
5.Pengetan Parepatan Klasis Surakarta tanggal 14-11-1945 manggen ing gredja Pedan.
Dalam Sidang Klasis tersebut GKJ Bojolali tidak mengirim utusan dan tanpa keterangan. Tertuang dalam bab II acta. Njatet Oetoesan: no 16. Saking Bojolali dan no. 17. saking Woerjantara mboten oetoesan sarta mboten wonten katrangan.
Lebih menarik dalam Bab VIII acta tentang Ngrembag oesoel+pitakenan khususnya poin 4 ada surat dari Bojolali:
“Pasamuwan Bojolali boten saged netepi koewadjibanipoen, mila margi saking punika gegandenganipun pasamuan Bojolali kalijan Klasis toewin wonten Paekanipoen Klasis njodipoen pedot toewin katjorek kandel(koela mentingaken dateng hal roemah tangga)
Poetoesan: Prakawis poenika mboten karembag awit seratipoen boten abash(namung saking persoon!)bade dipoen toeweni dening djuru tetoewi/visitator.
6.Pengetan Parepatan Clasis Surakarta nalika tanggal 27-8 1946 ing gredja Manahan.
Dalam sidang Klasis ini hanya GKJ Bojolali yang tidak mengirimkan utusan; Tetapi perlu dicatat tentang Bab VIII acta siding terutama bagian B tentang: Palapuranipun magepokan pengetan yaitu:
“Sd Poernahadikawahja tuwin sd. Reksadarmadja sampoen kalampahan mertuwi dateng pas. Bojolali. Dene panitipriksa dereng nama maremaken, ringkes panggoelawentah toemrap Pas. Bojolali wadjib kateroesaken, dene ingkang kapasrahan bab kaseboet nginggil tetep sd. Reksadarmadja toewin sd. Poernahadikawahja.”
Juga ada perubahan Pendeta Konsulen untuk Bojolali yaituDari Manahan: Ds. S. Poerwawidagda
7. Pengetan Parepatan Clasis Soerakarta nalika tanggal kaping 14-1-1947 manggen ing gredja Margajudan
Sidang ini dihadiri oleh seluruh utusan gereja Klasis Surakarta, termasuk di dalamnya adalah utusan dari Bojolali atas diri R. Atmasoedarga
Hal yang perlu dicatat dalam sidang ini adalah BabV acta tentang : Palapuran saking visitatoren; khususnya bagian 2:
“Patuwen dateng pasamuan Bojolali katindakaken dening Ds.D. Reksadarmadja toewin Ds. Poerwahadikawahja. Ing tanggal 6-10-1946 manggen ing Slanggen(Banyudana)
Ing sarehne palapuran punika ngengingi dating oetoesan Bojolali, mila oetoesan kaatoeran medal sawatawis.
Kawontenanipoen Pradata saweg risak. Ing salebetipun 3 ½ taoen boedjana kaping sepisan.
Pamrajoginipoen djoeroe tetoewi
a. Pradata preloe kabangoen malih lan ladjeng miwiti njamboet damel.
b. Manawi wonten prakawis ingkang angel lan perloe njoewoen toeloeng dating consulent(pendita Manahan)
c. Pradata enggal damela serat dating Classis ingkang saraosipoen: njaboet serat panjoewoenan misah ingkang sampoen nate katoer classis.
Ds. S. Poerwawidagda sebagai consulenipoen Pas Bojolali mewahi katrangan bilih wonten pangadjeng adjeng ingkang ageng bilih pradata saged poelih malih.
Classis masrahaken prakawis poenika dating consulent soepados Pradata Bojolali saged sae(poelih).
Ing sahne serat saking Bojolali ingkang mratelakaken njoewoen kapeddot saking Classis poenika katandan(dipoen tandatangani) dening R. Atmasoedarga kemawon(sebagai pangarsa) mangka panitera mboten lan inggih mboten dipoen rembag ing parepatan pradata. Mila R.Atmasoedarga (oetoesan) katoeran toemoet marepat malih sarta katedahaken kalepatanipoen: Njahak wewenangipoen Pradata.
Prakawis poenika R. Atmasoedarga ngakeni kalepatanipoen
Classis mandate soepados serat panjoewoenan medal saking classis dipoen tjaboet.
R. Atmasoedarga inggih ladjeng njaboet serat ingkang sampoen dipoen atoeraken waoe.”

ANALISA:
Keganjilan Waktu:Terjadi kemandegan selama 3 ½ tahun dalam kemajelisan GKJ Boyolali harus diteliti dihitung mundur dari saat patuwen (6-10-1946)atau saat sidang tersebut(14-1-1947). Apabila sejak visitasi maka diasumsikan telah dihitung sekitar bulan april 1943 (berarti telah ada kemajelisan), atau apabila sejak sidang Klasis maka akan muncul bulan Juli 1943 (telah ada Rad/majelis). Lalu bagaimana dengan tanggal 7 Maret 1944 yang menjadi kesimpulan pendewasaan GKJ Boyolali?
Untuk memecahkan masalah ini perlu dipikirkan adanya 3(alternative) analisa yaitu:
1. Yang dimaksudkan dengan kemandegan pradata Bojolali akta tersebut bukan 3 ½ tahun, tetapi 2 ½ tahun, apabila benar terjadi kesalahan manusiawi penulisan pengetan Klasis tersebut; maka baik dihitung dari saat visitasi maupun saat Sidang Klasis, keduanya akan dapat menguatkan kesimpulan tanggal 7 Maret 1944 sebagai pendewasaan GKJ Boyolali. Karena akan muncul bulan April 1944 dan bulan Juli 1944.
2. Apabila ternyata tidak terjadi kesalahan penulisan tentang waktu kemandegan pradata Bojolali, maka harus dipikirkan bahwa yang terjadi pada Sidang Klasis Surakarta tanggal 7 Maret 1944 di Gereja Manahan adalah: GKJ Boyolali sudah dewasa sebelumnya dengan wilayah yang juga meliputi Kartasura. Dan pada saat Sidang ingin mendewasakan Kartasura dengan cara “madeg Rad Pijambak2”
3. Terjadi peerkiraan yang tidak terlalu akurat dari para Visitator dan yang divisitasi. Angka 3 ½ tahun adalah perkiraan penggampangan secara maksimal untuk menjelaskan betapa mandegnya pradata Bojolali saat itu.
Permasalahan Jemaat: agaknya terjadi permasalahan pelayanan kepada jemaat GKJ Boyolali yang diakibatkan oleh ditolaknya permohonan nimbali pendita atas diri R.Atmasudarga. Sebagaimana diketahui hal tersebut diantisipasi oleh Klasis dengan mengganti pendeta Konsulen(karena pendeta konsulen yang terdahulu adalah yang tidak setuju/keberatan proses pemanggilan tersebut). Kekecewaan tersebut diangkat oleh GKJ Boyolali dengan mengirim surat ke Klasis 1945 untuk mundur dari Klasis Surakarta. Akan tetapi ditolak pembahasannya karena dianggap bukan surat majelis melainkan dari person(R. Atmasudarga) yang kebetulan adalah pangarsa/ketua pradata Pasamuan Bojolali.
Dalam Sidang 14-1-1947 permasalahan ini selesai dengan baik.
REKOMENDASI:
Berbagai Sumber Verbal GKJ Boyolali mengatakan bahwa Bp. R. Atmasoedarga adalah Guru Injil Pasamuan Bojolali. Tetapi sampai tahun 1947 tidak ada satu artikelpun yang menyatakan pengangkatan Yang bersangkutan sebagai Guru injil. Yang terekam dalam data adalah bahwa pada sidang Paremtoar di Pas Margajoedan tanggal 11 April 1944 beliau sebagai oetoesan pas Bojolali dengan jabatan sebagai pinisepuh. Sementara itu dalam laporan sidang Sinode III di salatiga tgl. 24-28 September 1951 yang salinan laporannya terdapan dalam kompilasi dokumen Sinode menyatakan bahwa Jemaat Boyolali sedang bermasalah karena guru injil yang ada mundur dari jabatannya. Sedangkan guru injil yang dimaksud adalah R. Atmasoedarga.